Pakar Sebut Varian COVID-19 IHU Tak Separah Omicron dan Delta

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.
Sumber :
  • pexels/Edward Jenner

VIVA – Varian COVID-19 baru kembali ditemukan dengan 46 mutasi. Varian yang dinamakan IHU ini ditemukan di Prancis dan menyebar pada belasan orang. Seberapa infeksiuskah?

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Meski pertama kali ditemukan di Prancis, tetapi varian IHU menyebar perlahan dengan hanya 12 kasus yang terlihat sejauh ini. Varian yang bermutasi sangat umum di antara virus, dengan banyak yang tidak pernah lepas dari beberapa infeksi.

Infeksi yang menyebar di Marseille ini telah dikaitkan dengan perjalanan dari Kamerun, dan sejauh ini menunjukkan sedikit tanda 'mengalahkan' varian Omicron. Ini pertama kali dicatat pada 10 Desember 2021 di IHU Mediterranee Infection tetapi tidak menyebar banyak sejak itu. Telah dijuluki B.1.640.2.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Ilustrasi jaga jarak/virus corona/COVID-19.

Photo :
  • Freepik

"Kami memang memiliki beberapa kasus varian baru ini di wilayah geografis Marseille," ujar kepala unit, Profesor Philippe Colson, dikutip dari laman The Sun, Kamis, 6 Januari 2022.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Namun, varian baru diperkirakan memiliki potensi untuk menyebar dengan cepat dan resisten terhadap vaksin. Tetapi saat ini tidak ada alasan untuk khawatir, terutama karena booster bekerja melawan Omicron yang bermutasi serupa.

Serangkaian penelitian yang sangat positif menunjukkan Omicron lebih ringan daripada jenis lainnya, dengan laporan resmi Inggris pertama yang mengungkapkan risiko rawat inap adalah 50 hingga 70 persen lebih rendah dibandingkan dengan Delta.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

"Kami menamakannya 'varian IHU'. Dua genom baru, baru saja dikirimkan," terangnya lagi.

Omicron sekarang merupakan 60 persen kasus di Prancis, dan dominan di banyak negara lain. Tes menunjukkan strain baru membawa mutasi E484K dan N501Y, ini diyakini membuatnya lebih tahan vaksin dan menular.

"Pengamatan ini menunjukkan sekali lagi ketidakpastian munculnya varian baru SARS-CoV-2 dan pengenalannya dari luar negeri. Dan mereka mencontohkan kesulitan untuk mengendalikan pengenalan semacam itu dan penyebaran selanjutnya," tulis para peneliti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya