Omicron Picu Lonjakan Kasus COVID-19? Ini Langkah Antisipasinya
- Times of India
VIVA – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kasus COVID-19 akibat varian Omicron bertambah sebanyak 16 pasien sehingga kini total ada 152 kasus. Hal tersebut menimbulkan tanya akankah terjadi lonjakan kasus hingga menimbulkan gelombang ketiga seperti prediksi pada pakar.
Kendati begitu, Menkes Budi menegaskan kasus Omicron yang ditemukan masih bisa diatasi oleh pemerintah. Sekalipun ada kenaikan kasus hingga lonjakan, Menkes menyebut sudah memiliki langkah antisipasinya.
Pertama-tama, Menkes menegaskan pentingnya mempersiapkan fasilitas kesehatan dalam kondisi siaga. Pemerintah, kata Menkes, telah menyiapkan ribuan ranjang serta kamar untuk pasien yang butuh rawat inap di RS.
"Pertama kesiapan kita kalau terjadi adanya lonjakan, untuk informasi jumlah tempat tidur di Indonesia ada sekitar 400 ribu, 30 persennya kita dedikasikan untuk COVID-19. Sekarang yang terisi 2.400, jadi masih ada room sekitar 110 ribu," tutur Menkes Budi dalam konferensi pers PPKM, di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin 3 Januari 2022.
Selain itu, mengingat gelombang kedua terdahulu terdapat kesulitan mendapatkan oksigen, pemerintah kini sudah menyiapkan tabung oksigen. Tak tanggung-tanggung, pemerintah menyebarkan 16 ribu oksigen ke seluruh RS di Tanah Air.
"Kebutuhan oksigen kita 700 ton sehari, kemarin naik menjadi 2.200. Persiapannya adalah, sesudah puncak Juli kemarin sudah mendapatkan 16 ribu oksigen konsentrator, dan sudah dikirim seluruh RS di seluruh Indonesia," kata Menkes Budi.
Di sisi lain, vaksin booster juga akan digalakkan di bulan Januari ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Hal itu mengingat dugaan pakar bahwa varian omicron akan sulit menginfeksi dengan adanya vaksin booster.
"Program vaksinasi booster sudah diputuskan oleh presiden akan dijalankan pada 12 Januari, ini diberikan ke golongan dewasa di atas 18 tahun sesuai dengan rekomendasi WHO," katanya.
Lebih dalam, vaksin booster akan diberikan dengan jangka waktu di atas enam bulan, sesudah dosis kedua. Pemerintah telah mengidentifikasi sekitar 21 juta sasaran di bulan Januari yang sudah masuk ke kategori prioritas. Jenis booster-nya juga akan ditentukan oleh pemerintah dengan pilihan homolog atau satu jenis dan heterolog atau jenis berbeda dengan dua dosis vaksin sebelumnya.
"Ya mudah-mudahan nanti akan bisa segera diputuskan tanggal 10 Januari 2022 sesudah keluar rekomendasi dari ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)," kata dia.
Terakhir, pemerintah telah menanti kedatangan obat COVID-19 dari perusahaan Merck yakni Molnupiravir. Menkes Budi menyebut bahwa obat itu hanya akan disimpan sebagai persiapan kondisi di kemudian hari untuk menekan laju masuknya pasien ke RS.
"Hari ini kita akan datang Molnupiravir impor. Jadi kita akan simpan dulu, jadi kalau nanti ada apa-apa kita sudah siapkan obatnya. Ini (Molnupiravir) terbukti bisa mengurangi laju masuknya ke rumah sakit untuk orang-orang yang terkena COVID yang saturasinya masih di atas 94 persen. Uji klinis menunjukkan efektivitas Molnupiravir dalam mengurangi kejadian gejala parah dan kematian pada pasien risiko tinggi bisa mencapai 30 persen," ujar Menkes Budi.