Dokter Bongkar Kelemahan Pemenuhan Nutrisi Atlet Indonesia

Duel Timnas Indonesia vs Thailand.
Sumber :
  • https://www.instagram.com/pssi/

VIVA – Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, mengeluhkan makanan yang jadi asupan skuad Garuda selama menjalani Piala AFF 2020 di Singapura. Menurutnya, Tim Merah Putih sulit memenuhi kebutuhan gizi selama turnamen, lantaran hanya diberi makan nasi kotak.

Simulasi Pemberian Makan Bergizi Gratis Diuji Coba di 4 Sekolah Sulawesi Utara

Dokter Spesialis Gizi Klinik Sub Metabolisme Olahraga, dr. Pande Putu Agus Mahendra, M.Gizi, Sp.GK, turut membongkar beberapa kelemahan soal pemenuhan nutrisi para atlet Indonesia. 

"Kelemahan di Indonesia gini, setiap ada event-event pertandingan yang ke luar, mereka gak pernah membawa tim nutrisi. Luar itu kalau liat klub bola mana pun, mereka selalu bawa tim nutrisi sendiri dan tim medis. Dan kebanyakan tim medisnya udah gabung sama tim nutrisinya. Jadi dokternya emang dicari yang mengerti tentang sport nutrition," ujarnya kepada VIVA, Kamis 30 Desember 2021. 

Terpopuler: Keberuntungan Shio Tikus di 2025, hingga Bisnis Zodiak Sagitarius Berkembang Pesat

Dokter Putu menambahkan, begitu sampai di negara tuan rumah pertandingan, tim nutrisi tersebut sudah bisa melihat situasi dan kondisi di sana, sehingga nantinya mampu beradaptasi. 

"Wah kemungkinan besar dia akan dapat makanannya begini, lalu apa yang harus saya lakukan. Biasanya mereka akan coba cari di sekitar sana yang mereka bisa dapatkan, supaya asupan nutrisinya itu akan terpenuhi," ungkapnya.

Intervensi Nutrisi Tingkatkan Kesehatan Anak yang Kekurangan Gizi

Ilustrasi makanan bernutrisi

Photo :
  • Food Beast

Begitu pun saat penyelenggaraan Asian Games di Indonesia. Putu menceritakan, atlet dari beberapa negara yang dia kenal, mengaku tidak cocok dengan makanan yang kita sediakan. Namun, mereka memiliki tim nutrisi yang sudah survei terlebih dahulu makanan-makanan yang dibutuhkan para atletnya yang sekiranya tersedia di Indonesia. 

"Mereka dari timnya itu sudah datang duluan ke Indonesia, dan mereka ngecek 'oh ini di pasar ini di supermarket ini dapat bahan makanan apa', lalu mereka mengolahnya sendiri. Kalaupun mereka gak bisa ngolah, ada namanya produk-produk siap saji, istilahnya kalau kita bilang itu makanan cair. Ada susu, buah, kurma, yang bisa kita dapetin, sumber-sumber karbohidrat, yang bisa kita kelola dengan bagus," tuturnya. 

Jika semua itu susah didapat, menurut Putu, masih ada telur sebagai sumber protein yang sangat mudah didapat dan diolah. 

"Jadi kalau misalnya kita menyalahkan 'wah di Singapura cuma dapet nasi kotak apa gimana', itu kan semua atlet, semua negara juga sama. Tapi kenapa mereka bisa? Karena mereka sudah ada timnya dan mereka menambahkan asupannya sendiri. Itu yang sebenarnya kita kurang di situ," pungkasnya. 

Kemudian masalah berikutnya yang kerap dihadapi atlet Indonesia adalah soal makanan berprotein. Putu mengungkap, kita hanya fokus pada jenis makanan yang mengandung protein tinggi. Padahal, waktu tepat untuk mengonsumsi protein adalah hal yang paling penting. 

"Atlet kita kadang-kadang, jujur kalau atlet bola kita sekarang, beberapa ini, yang kemaren pernah ketemu saat Sea Games, memang mereka berantakan pola makannya. Jadi apa yang mereka mau itu yang mereka makan. Begitu saya koreksi, mereka malah marah-marah. Akhirnya ya udah saya lepas tangan. Makanya saya gak terlalu banyak koreksi," imbuhnya. 

Putu menilai, banyak atlet Indonesia yang tidak menyadari bahwa makanan sangat penting, sebagai pemenuhan nutrisi yang nantinya dapat memengaruhi performa mereka di lapangan. 

"Sama satu lagi cairan, dehidrasi. Kemaren itu keliatan banget kalo mereka kebanyakan dehidrasi. Mereka lari cepet, keringetan, itu pasti dehidrasi. Apakah tercukupi jumlah cairannya ketika mereka bertanding? Saya yakin kurang," tukasnya. 

"Karena biasanya kalo dia udah pertandingan dia sudah dehidrasi. Dehidrasinya sudah sangat tinggi sekali. Justru keinginan minumnya berkurang. Nah, ini yang proses adaptasinya mereka juga gak jalankan. Sebenarnya Coach Shin Tae-yong udah pernah ngomong dari sebelum itu. Dia udah sering ngomong masalahnya di nutrisi. Tapi kayaknya gak ditanggepin," kata dr. Pande Putu Agus Mahendra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya