Ini 2 Gejala Umum Varian Omicron yang Tidak Banyak Disadari
- The Straits Times
VIVA – Tidak seperti varian COVID-19 lainnya, Omicron memiliki beberapa gejala unik yang mungkin tidak ada pada varian virus corona pada umumnya.
Menurut National Health Service (NHS), gejala-gejala COVID-19 pada umumnya, antara lain, demam tinggi, batuk terus-menerus, dan kehilangan indra penciuman atau perasa (anosmia).
Namun, orang yang terinfeksi Omicron, juga mencatat beberapa gejala lain yang tidak terkait dengan virus corona. Di antaranya adalah mual dan kehilangan nafsu makan.
Profesor Epidemiologi Genetik di King's College London, Tim Spector, mengungkapkan, dua hal itu adalah gejala umum pada mereka yang terinfeksi Omicron, baik yang sudah divaksinasi lengkap atau pun booster.
"Beberapa dari mereka mengalami mual, sedikit demam, sakit tenggorokan dan sakit kepala. Dalam beberapa kasus, muntah juga dilaporkan sebagai gejala di antara mereka yang terkena varian Omicron," ujar Spector, dilansir dari laman Express, Jumat 24 Desember 2021.
Sementara menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC), empat gejala paling umum dari varian Omicron adalah batuk, kelelahan, hidung tersumbat dan pilek, yang dianalisis dari 43 kasus pertama yang diselidiki di AS.
Lalu, bagaimana cara mengetahui, kita telah terinfeksi Omicron?
Satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti varian apa yang menginfeksi kita adalah dengan melakukan tes PCR.
"Kebanyakan tes PCR menargetkan beberapa bagian genom virus. Satu target adalah gen S (yang mengkode protein lonjakan). Karena Omicron memiliki mutasi di sini, itu berarti bagian dari tes PCR ini akan gagal. Ini disebut drop-out gen S atau kegagalan target," kata Parliament.uk.
Meski tes PCR tidak 100 persen akurat, hal itu dapat digunakan sebagai metode proxy untuk melacak varian. Terutama, jika varian dominan lainnya yang beredar adalah S-gene, seperti varian Delta.
"Bagian lain dari genom Omicron akan dideteksi dengan tes PCR, sehingga laboratorium masih bisa mengidentifikasi kasus positif," tutur mereka.