Ahli Sebut Belum Ada Gejala Spesifik COVID-19 Omicron
- The Straits Times
VIVA – Kementerian Kesehatan RI saat ini mengonfirmasi bahwa total terdapat lima kasus COVID-19 varian omicron di Indonesia. Kelima pasien tersebut kini tengah dikarantina di Wisma Atlet untuk menghentikan penularan.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sebelumnya memaparkan bahwa gejala cenderung ringan yang dialami oleh pasien pertama varian omicron itu. Dari kasus di negara lain pun, pakar mengonfirmasi gejala yang ditimbulkan varian omicron memang tergolong ringan.
Kendati begitu, Ahli Paru yang juga Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama, menekankan bahwa kasus-kasus tersebut tak bisa dijadikan patokan gejala spesifik omicron. Terlebih, sudah ada satu kematian akibat varian omicron di Inggris.
"Belum ada gejala pasti (varian omicron). Harus tahu lewat pemeriksaan. Sama juga dengan varian lain, alfa, beta, juga nggak bisa diketahui hanya lewat gejala saja," tutur Prof Tjandra dalam kanal YouTube YARSI TV, Rabu 22 Desember 2021.
Dituturkan Prof Tjandra, jumlah kasusnya sendiri masih relatif terbatas sehingga para pakar sebenarnya belum bisa mengumpulkan bukti pasti terkait gejala varian omicron itu. Termasuk, mengenai gejala khas yang dulunya ada pada pasien COVID-19, namun kini tak ditemukan pada kasus omicron.
"Diantaranya kan disebut tidak ada gangguan penciuman. Jadi itu dikatakan omicron. Belum tentu juga karena jumlah kasus masih sedikit sehingga kita belum bisa bilang bahwa ini pasti omicron berdasarkan gejala-gejalanya. Tadinya gangguan saluran di pernapasan, belakangan jadi gangguan di saluran pencernaan," kata dia.
Gejala COVID-19 sendiri, lanjut Prof Tjandra, cenderung berubah-ubah lantaran banyaknya mutasi yang terjadi. Untuk itu, Prof Tjandra mengimbau agar masyarakat tetap patuhi protokol dan segera lakukan tes usap apabila merasakan kondisi tubuh yang kurang sehat.
"Memang harus ada pemeriksaan lebih lanjut. Gejalanya yang ada berdasarkan laporan kasus yang ada. Cuma kasusnya masih terbatas jadi belum bisa dikatakan spesifik akibat omicron. Saya nggak ingin orang-orang memakai (gejala) itu untuk patokan," pungkasnya.