Minyak Goreng Biang Kerok Kolesterol Tinggi? Ini Faktanya

Ilustrasi minyak goreng, panada, pastel, gorengan
Sumber :
  • Pixabay/ Hans

VIVA – Sebagai bahan utama untuk memasak, minyak goreng wajib selalu tersedia di dapur. Hampir sebagian besar jenis makanan dimasak dengan menggunakan minyak goreng, seperti tumis sayur, ayam goreng, telur dadar, dan masih banyak lagi.

Sering Makan Jeroan? Ini 6 Risiko Kesehatan yang Harus Diwaspadai

Penggunaan minyak goreng sehari-hari memang tidak bisa dihindari. Namun, benarkah minyak goreng menjadi pemicu kolesterol tinggi?

Menurut pakar gizi, dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK, dalam acara Hidup Sehat, tvOne, bahwa minyak terdiri dari berbagai pilihan dan jenis. Masyarakat Indonesia sendiri kerap memakai minyak kelapa sawit untuk menggoreng. Minyak ini yang ternyata sering dianggap sebagai biang kerok kolesterol tinggi dan pemicu sakit jantung. Ternyata, hal itu tak selamanya benar.

6 Obat Kolesterol yang Efektif dan Mudah Didapat di Apotek

"50 persen kelapa sawit memang lemak jenuh. Dalam penelitian, lemak tersebut tidak berkorelasi dengan kolesterol tinggi asal penggunaan tidak berlebihan," tuturnya, Senin 20 Desember 2021.

Lebih dalam, dokter Juwita mengungkapkan bahwa minyak goreng sebetulnya aman dan tak perlu disalahkan sebagai pemicu kolesterol. Yang patut diperhatikan sebenarnya adalah cara memasak dan mengolah makanan. Jika terlalu banyak minyak untuk menggoreng hingga makanan terendam, serta minyak dipakai berulang kali, itu yang membuat lemak jenuh berbahaya bagi tubuh.

Mendag Ungkap Penyebab Harga MinyaKita Melonjak Jelang Nataru, Kini Berangsur Turun

"Tumis aja lebih aman. Kalaupun mau, gorengan boleh untuk sebagai lauk aja, bukan camilan, karena rasa makanan yang digoreng lebih enak juga mungkin ya. Intinya jangan salahkan minyak, tapi metodenya," jelasnya.

Pilihan minyak yang lebih sehat sendiri, bisa dilihat dari tekstur dan warnyanya. Menurut Juwita, minyak yang lebih baik adalah yang tekstur cair dan bening warnanya. Hal itu dapat terlihat dalam minyak kelapa murni atau minyak alpukat dan minyak almond. Hanya saja, pengolahannya pun perlu diperhatikan.

"Pada minyak kelapa alami smoke pointnya jangan terlalu tinggi, karena akan hasilkan zat-zat toksik. Smoke point di bawah 200 sehingga kalau untuk menggoreng tidak tepat. Bisa hasilkan zat toksik dan terkait penyakit jantung atau kanker. Minyak kelapa ini tinggi lemak jenuh tapi rantai lemaknya sedang sehingga mudah diserap dan tidak memicu kolesterol asal tidak digoreng. Boleh tumis sebentar atau tuang untuk salad," jelasnya.

Ilustrasi probiotik.

Jangan Salah Lagi! Ini Beda Probiotik dan Prebiotik Serta Manfaatnya untuk Kesehatan

Prebiotik dan probiotik memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, di antaranya mengatasi gangguan pencernaan, seperti diare dan sembelit, mengurangi gejala radang usus.

img_title
VIVA.co.id
4 Januari 2025