Sulit Hamil, Waspada Gangguan Kesuburan pada Pria
- Pixabay/pexels
VIVA – Ketika pasangan suami istri tak kunjung mendapatkan kehamilan yang diinginkan, seringkali pihak perempuan yang disalahkan. Padahal, ada banyak faktor termasuk beragam gangguan kesuburan pada pria yang jarang diketahui.
Ketika berbicara soal infertilitas (kesuburan), ada banyak kesalahpahaman. Kombinasikan ini dengan norma-norma sosial di Indonesia yang sangat menekankan pada melahirkan anak, dan hasil akhirnya adalah perempuan selalu disalahkan atas ketidakmampuan mereka untuk hamil.Â
Namun, kenyataannya, menurut WHO, prevalensi infertilitas pada populasi umum adalah 15 hingga 20 persen, dan faktor infertilitas pria berkontribusi 20 hingga 40 persen pada angka ini. Lantas, apa saja yang perlu diketahui soal kesuburan pada pria? Berikut ulasannya oleh Konsultan Ginekolog & spesialis Infertilitas, Rumah Sakit Lilavati, Mumbai, Rumah Sakit D Y Patil, Rumah Sakit Navi Mumbai & Fortis, Dr Hrishikesh Pai, dikutip dari laman The Health Site, Jumat, 17 Desember 2021.
Apa itu infertilitas?
Infertilitas adalah penyakit pada sistem reproduksi yang didefinisikan oleh kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih dari hubungan seksual teratur tanpa kondom Komite Internasional untuk Pemantauan Teknologi Reproduksi Berbantuan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Infertilitas pria
Ada banyak penyebab gangguan kesuburan pada pria, mulai dari kekurangan air mani, produksi sperma yang rendah, fungsi sperma yang tidak normal hingga penyumbatan atau penyumbatan pada saluran yang menghalangi pengiriman sperma. Penyumbatan tersebut dapat disebabkan oleh cedera atau infeksi pada saluran genital.Â
Namun, mungkin juga ada beberapa faktor eksternal yang berkontribusi terhadap ketidaksuburan: merokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan yang buruk, kurang olahraga, obesitas, stres, paparan bahan kimia dan pestisida tertentu. Penyakit, cedera, masalah kesehatan kronis, pilihan gaya hidup dapat berkontribusi pada infertilitas pria.
Gejala yang harus diwaspadai
Ketika gejala muncul, umumnya terlihat bahwa pria enggan untuk menguji diri mereka sendiri karena kesalahpahaman atau rasa malu. Inilah sebabnya mengapa penting bagi pria dan perempuan untuk sama-sama sadar akan tubuh mereka.Â
Pria tidak boleh menghindar dari mencari pengobatan untuk masalah dengan fungsi seksual. Kesulitan ejakulasi atau volume kecil cairan ejakulasi, berkurangnya hasrat seksual atau kesulitan mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi) semuanya dapat berkontribusi pada infertilitas pria. Selain itu, kelainan seperti nyeri, bengkak atau benjolan di area testis juga harus diwaspadai.
Bagaimana mendiagnosis infertilitas pria?
Kabar baiknya adalah semakin cepat Anda mendekati spesialis dan menegakkan diagnosis, semakin cepat Anda dapat mengatasi masalah tersebut. Diagnosis dimulai dengan riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik, tes darah, tes hormon umum, dan analisis air mani.
Analisis air mani dapat menunjukkan tingkat produksi sperma dan motilitas sperma (apakah sperma berfungsi dengan baik dan bergerak). Terlepas dari hasilnya, bahkan jika tes air mani menunjukkan jumlah sperma yang rendah atau tidak ada sperma, ada berbagai pilihan pengobatan yang tersedia.
Tes lebih lanjut seperti USG transrektal, biopsi testis (untuk membidik penyebab infertilitas serta mengumpulkan sperma untuk digunakan dalam teknik reproduksi berbantuan), profil hormonal, analisis urin pasca ejakulasi untuk mendeteksi apakah sperma berjalan mundur ke kandung kemih dapat dinasihati.
Salah satu kemajuan besar dalam teknologi yang telah membantu mendiagnosis infertilitas pria adalah tes fragmentasi DNA sperma. Tes ini dilakukan untuk menilai adanya masalah pada materi genetik sperma karena dapat mengetahui apakah ada kerusakan DNA pada sperma. Sperm Aneuploidy Test (SAT) adalah tes diagnostik untuk mempelajari latar belakang genetik atau penyebab infertilitas pria. Ini menunjukkan kelainan kromosom dalam sampel sperma.