Pakar IDI Sebut Varian Omicron Berkaitan dengan HIV & Kanker
- Pixabay/mattthewafflecat
VIVA – Varian COVID-19 baru menggegerkan dunia dengan nama Omicron atau mutasi B.1.1.529 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Bukti lain juga menunjukkan adanya kaitan erat antara varian Omicron dengan penyakit menular lainnya yakni HIV-AIDS.
Afrika Selatan tercatat sebagai negara dengan kasus HIV-AIDS terbanyak. Tak heran, varian Omicron yang muncul di negara tersebut dikaitkan dengan penyakit HIV-AIDS.
Selain itu, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menyebutkan varian ini juga berkaitan erat dengan penyakit kanker yang bersifat menurunkan imunitas.
Namun ditegaskan Prof Zubairi, bahwa kaitan tersebut bukan berarti bahwa dua penyakit itu lebih rentan terhadap varian Omicron.
"Diduga Omicron muncul pada orang dengan imunodefisiensi dan immunocompromised, seperti pasien HIV/AIDS dan kanker. Yang perlu dicatat, orang dengan HIV tidak lebih rentan terinfeksi Corona ketimbang mereka yang tidak. Jangan cari kambing hitam yang nambah stigma," tegasnya dikutip dari akun Twitter miliknya.
Lebih dalam, Prof Zubairi menyebut bahwa varian Omicron pertama kali ditemukan dari spesimen yang diambil pada 9 November. Nyaris sebulan keliling dunia sehingga pelbagai negara langsung membatasi penerbangan.
"Indonesia pun harusnya punya mitigasi, termasuk mempertimbangkan untuk batasi akses penerbangan ke dan dari negara tertentu," jelasnya.
Langkah mitigasi mutlak dilakukan untuk hindari pengulangan Delta. Ada pun pemerintah sudah melarang warga negara asing (WNA) dari Afrika Selatan untuk masuk ke Indonesia.
"Apalagi Omicron (B.1.1.529) ini, lanjut Prof Zubairi, seperti “fitur terbaik” dari Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Di sisi lain, kita harus terima kasih kepada ilmuwan di Afrika Selatan yang transparan dan cekatan ungkap Omicron ini," terang Prof Zubairi.
"Ingat penilaian media barat? Penanganan Indonesia terburuk dan baru normal 10 tahun lagi. Itu kata Bloomberg. Lalu, kita bangkit dan membuktikan. Saat ini? Kita cukup baik dan negara asal media ini pun jauh dari baik. Maka itu, jangan jemawa," tegasnya.