Hari AIDS Sedunia, Ini Dampak Nyata COVID-19 pada Kasus HIV
- U-Report
VIVA – Human immunodeficiency virus (HIV) terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang utama, yang membunuh nyaris 1 juta jiwa setiap tahun di seluruh dunia. Terlebih, pandemi COVID-19 berdampak besar pada pemberantasan epidemi AIDS.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dari Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, menuturkan bahwa masih banyak yang salah kaprah akan pemahaman HIV-AIDS. Perlu dipahami bahwa HIV merupakan virus yang menginfeksi, di mana saat terjadi gejala yang berkaitan dengan imunitas akan disebut sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
"AIDS bukan suatu penyakit, tetapi kondisi di mana kalau kita sakit HIV kemudian bertambah berat tingkat keparahannya, kita akan sampai kondisi yang kita sebut AIDS," ujar Nadia dalam peringatan Hari AIDS Sedunia 2021 dengan tema 'Akhiri Ketimpangan Akhiri AIDS', baru-baru ini.
Lebih dalam, AIDS sendiri merupakan sekumpulan gejala saat adanya penurunan imunitas yang terlihat dari kondisi fisik yang melemah. Di sini, virus akan mencoba mengambil 'keuntungan' dengan bertahan hidup melalui imunitas tubuh manusia.
"Jadi ada kumpulan-kumpulan gejala dan tanda yang merupakan tanda fisik atau terjadinya infeksi oportunistik. Dia memanfaatkan kondisi tubuh yang lemah, kemudian menimbulkan penyakit-penyakitnya. Ini yang menjadi kewaspadaan kita," tutur Nadia lagi.
Prevalensi di Indonesia
Lebih dalam, Nadia menyebutkan terdapat penurunan sebesar 26 persen pada kasus baru HIV di tahun 2019. Sebanyak 37,7 persen orang di dunia hidup dengan HIV pada 2020, dan kurang lebih 1,5 juta infeksi baru HIV terjadi pada 2020. Tetapi, angka kematian akibat AIDS disinyalir meningkat akibat minim akses pada obat antiretroviral.
"Ada 680 ribu orang meninggal karena penyakit AIDS pada 2020. Kalau kita lihat 37,7 juta orang hidup dengan HIV, hanya 27,5 juta yang baru mengakses terapi pengobatan antiretroviral. Dari total kasus di dunia 79,3 juta kasus HIV, di mana kurang lebih separuhnya 36,3 juta telah meninggal dikarenakan kondisi awal epidemi ini terjadi," tuturnya.
Prevalensi di Dunia
Dikutip dari laman The Health Site, menurut laporan baru UNICEF, satu anak baru terinfeksi HIV setiap dua menit pada tahun 2020, berjumlah setidaknya 300.000 anak dalam setahun. Lebih lanjut, terungkap bahwa satu anak meninggal karena penyebab terkait AIDS setiap lima menit, atau 120.000 anak tahun lalu.
"Pandemi global telah membebani sistem perawatan kesehatan dan membatasi akses ke layanan yang menyelamatkan jiwa, sementara meningkatnya kemiskinan, masalah kesehatan mental, dan pelecehan meningkatkan risiko infeksi pada anak-anak dan perempuan," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah pernyataan.
Pandemi COVID-19 berdampak pada perang melawan HIV
Laporan tersebut memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan telah memperburuk ketidaksetaraan yang mendorong epidemi HIV. Akibat COVID-19 di awal tahun 2020, terjadi gangguan signifikan dalam layanan HIV di banyak negara.
Sesuai laporan UNICEF, tes HIV pada bayi di negara-negara dengan beban tinggi menurun 50 hingga 70 persen. Selain itu, inisiasi pengobatan baru untuk anak di bawah usia 14 tahun turun 25 hingga 50 persen.
"Kita mungkin melihat lebih banyak anak yang terinfeksi HIV dan lebih banyak anak yang kalah melawan AIDS," kata Fore, seperti dikutip IANS.