Kasus Reinfeksi COVID-19 Meningkat Karena Omicron, Ini 7 Gejalanya
- U-Report
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan, orang-orang yang sebelumnya pernah menderita COVID-19, dapat terinfeksi ulang dengan mudah oleh varian baru B.1.1.529 atau Omicron, dibanding dengan varian lainnya.
Selain itu, WHO juga menegaskan bahwa varian baru dari virus corona ini memiliki tingkat penularan yang tinggi. Namun, para peneliti masih perlu mengungkap seberapa virulen Omicron ini, yang berarti seberapa buruk varian ini memperparah kondisi COVID-19 seseorang.Â
"Belum jelas apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan infeksi dengan varian lain, termasuk Delta," kata WHO, dikutip VIVA dari laman Express, Senin 29 November 2021.Â
"Data awal menunjukkan ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan. Tetapi mungkin ini karena meningkatnya jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik Omicron," lanjut badan kesehatan dunia itu.Â
WHO menambahkan, saat ini belum ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dengan varian lain.Â
Studi Gejala COVID-19, mencantumkan ada tujuh gejala yang paling penting untuk diketahui, antara lain, bersin, sakit kepala, pilek, anosmia (hilang penciuman), sakit tenggorokan, batuk dan demam.Â
Siapa pun yang mengalami gejala-gejala tersebut, harus segera mengisolasi diri dan melakukan tes COVID-19. Perbatasan internasional ditutup di seluruh dunia untuk membantu mengekang penyebaran Omicron.Â
Selain itu, akan ada pertemuan darurat G7 dengan para menteri kesehatan untuk membahas apa yang harus dilakukan terkait varian terbaru COVID-19 yang merepotkan ini.
"Saat ini, WHO sedang berkoordinasi dengan sejumlah besar peneliti di seluruh dunia untuk lebih memahami Omicron. Studi yang sedang berlangsung, akan mengungkap tingkat penularan, tingkat keparahan infeksi (termasuk gejala), kinerja vaksin dan tes diagnostik, serta efektivitas perawatan," tutur WHO.Â