Kaum Rebahan, Awas Males Gerak di Rumah Bisa Picu Diabetes
- Pixabay/TesaPhotography
VIVA – Lebih dari 460 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan prediabetes yang sebenarnya dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup. Terlebih, pola perilaku selama work from home rupanya memicu risiko terhadap diabetes lebih besar.
Merck bekerjasama dengan YouGov baru saja mempublikasikan survei terbaru yang membahas perubahan gaya hidup masyarakat dunia selama pandemi. Survei yang dilakukan pada tanggal 10-27 September 2021 dengan melibatkan 8 ribu orang dewasa di Indonesia, Brasil, Meksiko, Rusia, Cina, Vietnam, Portugal dan Uni Emirat Arab.
"Hasilnya mengungkapkan, responden di Indonesia telah menerapkan perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi atau bahkan meningkatkan risiko terhadap diabetes, disebabkan oleh semakin banyaknya waktu luang di rumah," tulis survey tersebut, dikutip dari keterangan pers Merck.
Faktor pemicu diabetes saat WFH:
1. Asupan nutrisi dan aktivitas tak seimbang
Banyak responden yang mengatakan, mereka melakukan perubahan yang lebih sehat, antara lain 51 persen lebih banyak makan buah dan sayuran dan 40 persen semakin sering berolahraga selama pandemi COVID-19. Namun, tidak sedikit pula responden yang lebih sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula (13 persen) dan semakin jarang berolahraga (19 persen).
2. Makanan tinggi gula
Padahal, dari survei tersebut juga terungkap, sebanyak 68 persen orang di Indonesia percaya, perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi risiko terhadap diabetes dan 73 persen menyadari, asupan makanan tinggi gula memainkan peran utama dalam menyebabkan diabetes.
3. Minim edukasi
Selain perubahan gaya hidup, survei ini juga mengungkapkan bahwa kebanyakan orang (82 persen responden) di Indonesia tidak tahu harus bertanya kepada siapa atau mengakses sumber informasi yang dapat diperpercaya tentang risiko diabetes.
Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan 67 persen akan mencoba mengakses informasi terpercaya tentang faktor risiko diabetes di internet, dimana 31 persen diantaranya akan mengakses informasi melalui media sosial. Bukan hanya melalui internet, tidak sedikit responden yang akan menggunakan program TV (21 persen ) dan akan berbicara dengan keluarga atau teman (35 persen) untuk mencari informasi tentang diabetes.
4. Mengenal Tanda Dini Diabetes
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta menjelaskan bahwa pencegahan risiko diabetes sebaiknya dilakukan dengan mengenali kondisi prediabetes. Apa itu?
“Prediabetes merupakan kondisi gula darah yang tinggi, namun belum sampai menyentuh kriteria diagnosis diabetes. Namun, tidak banyak orang yang menyadari kondisi prediabetes, karena memang gejalanya yang minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi," kata dokter Aswin.
Untuk mencegahnya, kata dokter Aswin, sangat direkomendasikan untuk rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu, atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu. Olahraga yang dilakukan misalnya berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang. Usaha lainnya dalam mengobati prediabetes adalah berusaha mengubah pola makan dengan diet yang bergizi seimbang dan mengelola stres.
"Untuk itu, sebuah kampanye yang dapat mendorong perubahan gaya hidup akan sangat diperlukan untuk membantu mengedukasi masyarakat," imbuh dokter Aswin Pramono.
5. Pencegahan Diabetes saat pandemi
Melihat data tersebut, hadirnya berbagai inisiatif dan platform terpercaya sangat dibutuhkan agar dapat terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya diabetes dan cara pencegahannya. Dijelaskan Evie Yulin selaku Presiden Direktur PT Merck Tbk., Pandemi COVIDA-19 telah membawa perubahan besar terhadap gaya hidup yang dapat menjadikan kita lebih sehat ataupun tidak.
Faktanya pun, kita sudah mulai beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan virus ini dan perlu memahami kebiasaan yang dapat mengurangi ataupun meningkatkan risiko diabetes.
"Dengan demikian, kita dapat membuat pilihan yang tepat untuk mempertahankan yang gaya hidup yang sehat dan mengubah yang buruk menjadi baik. Melalui kemitraan berkelanjutan dengan IDF, kami berharap dapat memberikan penjelasan yang lebih komprehensif mengenai diabetes dan mendorong perubahan positif yang dapat dilakukan masyarakat untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan aktif,” katanya.
Risiko terkena diabetes tipe-2 dapat dikurangi hingga 58 persen dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, dan menurunkan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan berat badan hingga satu kilogram, risiko terkena diabetes pun ikut berkurang hingga 16 persen.
Untuk itu, Merck telah bekerja sama dengan para tenaga kesehatan profesional untuk meluncurkan kampanye yang mendorong perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan di rumah untuk memitigasi risiko diabetes dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2021. Selain itu, inisiatif penting lainnya yang dilakukan Merck dalam rangka menyambut Hari Diabetes Sedunia adalah melakukan Webinar publik See it, slow it, stop it! Cegah prediabetes dimulai dari keluarga serta kampanye edukasi di social media @merckindonesia.