SBY Didiagnosa Kanker Prostat, Ini Cara Tepat Deteksi Dini
VIVA – Kabar kurang baik datang dari Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dikabarkan Staf Pribadi Presiden RI Ke-6 Ossy Dermawan, SBY tengah dalam berasa kondisi kurang sehat karena dikabarkan didiagnosa mengalami kanker prostat.
"Adalah benar Bapak SBY dalam waktu dekat akan melakukan medical check-up dan treatment di luar negeri. Sesuai dengan diagnosa dari Tim Dokter, Bapak SBY mengalami kanker prostat (prostate cancer)," kata Ossy dalam keterangannya Selasa 2 November 2021.
Bicara soal kanker prostat, memang kerap menakutkan bagi kesehatan pria secara umum. Terbukti data Globocan di Indonesia tahun 2020, kanker prostat menempati urutan ke-5 jenis kanker yang paling banyak di derita oleh pria.
Dijabarkan Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K), salah satu tahapan penting dalam memulai tatalaksana kanker prostat adalah deteksi dini dan ini harus dilakukan sesegera mungkin. Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai di atas 90 persen.
"Angka ini akan menurun sampai menjadi 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut. Di Indonesia saat ini terdapat cukup banyak angka kejadian kasus kanker prostat baru yang ditemukan dalam stadium lanjut, oleh karena itu perlu dilakukan upaya program deteksi dini yang lebih baik dan efisien," ujar dokter Irfan dalam acara kampanye #Kenaliprostatmu, baru-baru ini.
Untuk itu, dokter spesialis urologi dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), PhD menganjurkan agar deteksi dini dilakukan oleh para pria dengan tepat. Menurut Agus, mengetahui kanker prostat tak bisa sekedar diraba seperti pada kasus kanker payudara.
"(Prostat) letaknya di dalam, jadi tidak mungkin ada orang tiba-tiba hanya menyentuh tangan, pipi atau organ lain, lalu mengatakan Anda kena prostat. Karena ini di dalam, di bawah kandung kencing, tidak mungkin terlihat dari luar," ujar Dokter Agus di kesempatan yang sama.
Memulai deteksi dini pada kanker prostat, dokter Agus menganjurkan agar dimulai saat pria mulai berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat pada keluarganya dan pria berusia di atas 50 tahun yang memiliki keluhan gangguan berkemih. Ada pun cara mendeteksinya dengan PSA atau pemeriksaan darah yang dapat dilakukan setahun sekali bersamaan dengan medical check-up.
"Skrining kanker sebaknya dilakukan setahun sekali, tetapi akan kita evaluasi. Menurut studi ada sebagian orang yang bisa (skrining) 2 tahun sekali, untuk praktisnya sebaiknya setahun sekali bersamaan dengan medical check-up," imbuh Ketua Prostate Awareness Month itu.
Seseorang dikatakan memiliki risiko kanker prostat yang rendah apabila mendapatkan nilai PSA dibawah 4 ng/ml. Risiko terkena kanker prostat akan meningkat seiring dengan peningkatan nilai PSA.