Zaidul Akbar: Jangan Lagi Makan Buah yang Tanpa Biji, Kenapa?
- Freepik/Valeria_aksakova
VIVA – Penggagas Jurus Sehat Rasulullah, dr Zaidul Akbar kembali memberikan informasi seputar kesehatan. Kali, ini, berbagi informasi terkait buah-buahan. Tidak dipungkiri lagi, buah-buahan mengandung begitu banyak manfaat untuk kesehatan. Mulai dari pengobatan medis hingga agama pun menyarankan kita untuk memperbanyak mengonsumsi buah.
Buah-buahan mengandung banyak vitamin dan mineral yang tidak hanya mampu menjaga kesehatan, tapi mencegah bahkan membantu mengobati berbagai penyakit dalam tubuh.
Tapi hati-hati, tidak semua buah bermanfaat untuk kesehatan. Terutama, buah-buah yang tidak tumbuh secara alami atau sudah dimodifikasi secara genetik atau transgenik.
Dokter sekaligus pendakwah, dr. Zaidul Akbar, turut mengungkapkan hal ini. Seperti diketahui, canggihnya teknologi membuat banyak orang mulai melakukan modifikasi untuk hasil panen, termasuk buah. Jika dahulu, banyak buah yang dijajakan memiliki banyak biji, kini, dengan canggihnya teknologi, hasil panen buah bisa menghasilkan produk yang tanpa biji. Meski hal ini merupakan kabar baik, Zaidul Akbar justru terang-terangan melarang konsumsi buah yang tidak memiliki biji. Apa alasannya?
"Jangan makan pisang yang gak ada biji. Kalau pisang gak ada biji, maka nenek moyang dia, bibitnya, kemungkinan besar transgenik. Transgenik itu kemungkinan besar sudah diubah modifikasi gennya," ujarnya dalam video yang diunggah di Instagram @jurussehatrasulullah_, dikutip VIVA, Selasa 2 November 2021.
Tidak hanya pisang, dokter Zaidul mengatakan, sarannya berlaku untuk semua jenis buah-buahan. Termasuk anggur dan semangka.
"Jadi, kalau Anda beli Anggur jangan beli anggur yang gak ada biji. Karena dasarnya anggur dulunya pakai biji. Semangka juga sama," kata dia.
Menurut Zaidul, metode memodifikasi tanaman termasuk buah-buahan sudah lumrah di Amerika, yang dikenal sebagai GMO.
Di Amerika itu sudah terkenal banget namanya GMO (Genetically Modified Organism). Jadi, tumbuhan yang dimodifikasi secara genetik," terang dr. Zaidul Akbar.