Awas, Kegemukan Rentan Picu Henti Napas saat Tidur

Obesitas - Ilustrasi foto oleh mohamed_hassan on pixabay.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kondisi berat badan yang berlebihan memperbesar peluang sejumlah penyakit, salah satunya obstructive sleep apnea (OSA) atau gangguan pernapasan saat tidur. Apabila tubuh terlalu gemuk, tak menutup kemungkinan bisa terjadi henti napas dan berakibat fatal saat tengah terlelap.

Konsultan Laring Faring Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI RSCM, Fauziah Fardizza mengatakan, OSA terjadi akibat tersumbatnya jalam napas bagian belakang tenggorokan untuk sementara. Biasanya, itu terjadi sekitar beberapa detik, yakni 10 detik.

Akibatnya, napas yang berhenti hanya beberapa detik itu memicu terjadinya penurunan kadar oksigen di seluruh tubuh. Dampaknya pun tak main-main, organ-organ vital bisa terpengaruh seperti kerja jantung yang lebih cepat dan pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah dan nadi meningkat dengan dampak pada peradangan serta stres.

Obesitas.

Photo :
  • U-Report

"Ketika penderita sleep apnea mendengkur semakin keras dan henti napas yang diikuti dengan tersedak, biasanya asam lambung juga akan tersedot ke atas dan mengakibatkan daerah atas menjadi bengkak. Semakin bengkak, jalan napas kian tertutup," kata Fauziah dalam acara virtual bersama RS Pondok Indah, beberapa waktu lalu.

Lebih dalam, ada sejumlah faktor yang menyebabkan OSA lebih rentan terjadi. Salah satunya pada pengidap obesitas, di mana penumpukan lemak di tubuh termasuk di area belakang faring berpotensi hambat aliran napas saat tidur. Hal tersebut membuat pengidap OSA pada pasien obesitas memiliki hormon grelin yang tinggi (pengatur rasa lapar) dan leptin rendah (pengatur rasa kenyang).

"Jadi didominasi hormon grelin, maka orang obesitas yang mengidap obstructive sleep apnea sering merasa lapar dan sulit menurunkan berat badan," lanjut Fauziah.

Wanita tidur.

Photo :
  • U-Report
Konsumsi Air Minum Murni Bisa Jadi Detoks Hingga Bantu Ginjal Bekerja Optimal, Seperti Apa Cirinya?

Untuk itu, penanganan utama pada OSA dengan obesitas adalah dengan perubahan gaya hidup terlebih dahulu. Apabila harus ditangani dengan jalur medis, salah satunya menggunakan Continous Airway Pressure atau CPAP yang bekerja memasukkan tekanan udara pada saluran napas atau melalui sejumlah pembedahan.

Ada pun tehnik terapi posisi tidur menjadi salah satu pilihan lain. Dokter Fauziah menyarankan dengan pasien posisi tidur miring satu sisi lalu tempelkan bola di belakang punggungnya supaya tidak tidur dalam posisi telentang.

Banyak Anak Obesitas Karena Terus Main Gagdget, Yuk Moms Ajak Olahraga dengan Cara Ini
ilustrasi perut rata, perut buncit, diet

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Dijelaskan, dr. Todung, diet autofagi sendiri adalah diet dengan dua kali makan dalam satu hari yakni pada pukul 12.00 dan pukul 18.00.

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024