Terlalu Lama Duduk, Osteoporosis Mengintai
- Freepik/yanalya
VIVA – Osteoporosis kerap dianggap sebagai salah satu penyakit tulang yang hanya mengintai kelompok lanjut usia (lansia). Padahal, gaya hidup kekinian, terlebih dengan tren work from home (WFH) selama pandemi COVID-19, rupanya menjadi pemicu terjadinya osteoporosis pada usia muda.
Menurut International Osteoporosis Foundation (IOF) 2020, osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang, sehingga tulang mudah patah.
Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Bagus Putu Putra Suryana, SpPD-KR, menegaskan bahwa WFH selama pandemi membuat banyak orang jarak bergerak. Ini dikenal dengan gaya hidup sedentari sehingga memengaruhi risiko osteoporosis.
"Pandemi ini, jelas dilaporkan bahwa kita mengalami keterbatasan aktivitas, lalu pola makan juga berubah, dan perhatian banyak fokus kepada pandemi. Itu menyebabkan risiko (osteoporosis) karena adanya perubahan tersebut," kata dokter Bagus dalam acara virtual bersama Anlene, beberapa waktu lalu.
Selama WFH, orang cenderung hanya berjalan di sekitar rumah lalu duduk dalam jangka waktu lama sambil bekerja. Berbeda saat sebelum pandemi, orang-orang bisa bergerak lebih sering dengan berjalan di halte bus atau stasiun kereta. Tanpa sadar, minimnya gerak aktif itu yang meningkatkan risiko gangguan pada tulang.
"Mobilitas terhambat, tapi usahakan kita untuk bergerak di rumah atau di dalam ruangan. Olahraga teratur tidak hanya memperkuat tulang, mencegah kemungkinan osteoporosis, tapi juga memperbaiki keseimbangan tubuh," imbuhnya.
Maka dari itu, dokter spesialis penyakit dalam ini mengimbau agar tetap aktif bergerak meski beraktifitas dalam rumah seharian. Dianjurkan rutin berolahraga dengan intensitas ringan, sedang, hingga berat yang sesuai kemampuan.
"Olahraga selama 30-60 menit dalam 3-5 kali dalam seminggu, untuk mengurangi risiko osteoporosis terutama di bagian yang paling mudah keropos yaitu pergelangan tangan, pangkal paha, dan yang di tulang belakang bagian bawah," pesan dokter Bagus.