Epidemiolog: Bahaya Gelombang Ketiga COVID-19 Picu RS Kolaps
- The Indian Express
VIVA – Ancaman gelombang ketiga pandemi COVID-19 seolah menjadi pengingat agar masyarakat terus patuh dan memperketat protokol kesehatan. Terlebih, bahaya dari lonjakan kasus COVID-19 dianggap berbahaya pada penanganan fasilitas kesehatan.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan bahwa tiap gelombang pandemi tak hanya berfokus pada penyakit COVID-19 semata melainkan masalah kesehatan lainnya. Sebab, pelayanan untuk kesehatan lainnya bisa terganggu.
"Bukan hanya gelombang COVID-19 tapi juga dampaknya terhadap kolateral damage, kerusakan berentet. Kesakitan kematiannya pada gelombang yang terjadi, ada kolapsnya fasilitas kesehatan dan alat kesehatan. Layanan kesehatan lain misal HIV/AIDS, TBC, itu terdampak," jelas Dicky dalam acara VIVATalk bertajuk 'Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19', baru-baru ini.
Saat lonjakan kasus COVID-19, Dicky menyebut bahwa tenaga kesehatan bisa kelelahan dan kapasitas rumah sakit membludak sehingga perawatan penyakit lain cenderung terabaikan. Terlebih, lonjakan COVID-19 yang terjadi memicu orangtua untuk menunda imunisasi yang jika dibiarkan dapat berakibat fatal.
"(Akibat menunda imunisasi anak) Jadi ada wabah di tengah wabah. Dampak jangka panjang lainnya juga seperti long COVID-19," ujar Dicky.
Lebih lanjut, potensi tiap gelombang COVID-18 di Indonesia ini terjadi dengan pola lebih lambat dibanding tren kenaikan kasus di dunia. Kata Dicky, saat dunia mulai meningkat kasusnya seperti saat ini, Indonesia justru di 'masa tenang'. Sementara, saat dunia sudah reda, kasus di Indonesia bisa melonjak. Maka dari itu, Dicky mengimbau masyarakat untuk tidak melonggarkan protokol kesehatan.
"Mulailah dari diri kita. Yang memperburuk adalah varian virus makin fit sementara mobilitas dan prokes makin longgar," tuturnya.