Kemenkes: Gelombang Pandemi COVID-19 Tak Hanya Sekali
- Times of India
VIVA – Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa pola penyakit COVID-19 memang berbeda dengan beberapa jenis penyakit lainnya. Terbukti bahwa lonjakan kasus akibat SARS-CoV-2 ini bisa terjadi berulang kali sehingga patut diwaspadai.
"Kita tahu bahwa dari 1 jurnal ilmiah menyatakan COVID-19 sifatnya menimbulkan gelombang-gelombang epidemiologi berkali-kali, nggak cukup hanya sekali. Artinya kemudian ada satu serangan dan pandemi tadi selesai, itu tidak terjadi pada pola penyakit COVID-19," tuturnya dalam acara bincang VIVATalk bertajuk 'Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19', Kamis 21 Oktober 2021.
Menurut Nadia, di serangan atau lonjakan kasus yang beberapa kali terjadi ini, masyarakat seharusnya bisa memahami pentingnya peran vaksinasi. Apalagi saat ini, kondisi kasus COVID-19 mengalami tren yang menurun sehingga sudah seharusnya laju vaksinasi dipercepat dan diperluas.
"Kuncinya adalah saat turun laju penularan, paling baik tekan laju penularan dengan 3T dan vaksinasi. Targetnya 10 per 1 juta penduduk, jadi maks 2700 (penambahan) kasusnya," tutur Nadia lagi.
Ada pun saat ini dosis vaksinasi pertama sudah mencapai 53 persen dan dosis vaksin kedua kurang lebih 31 persen. Di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan israel yang capaian vaksinasinya tinggi, lanjut Nadia, masih mengalami lonjakan kasus yang cukup signifikan.
"Masih ada kurang lebih 48 persen yang belum dapat dosis 1 dan 70 persen dosis kedua. Kenyataannya di negara Inggris dan Israel cakupan vaksinasi besar masih bisa terjadi peningkatan kasus, apalagi di negara kita yang (vaksinasi) masih 50 persen," kata dia.
Lebih dalam, Nadia menegaskan vaksinasi bukan sepenuhnya mencegah penularan melainkan menurunkan risiko paparan. Namun dengan vaksinasi dan protokol kesehatan diperketat serta meminimalisir interaksi serta mobilisasi diharapkan memproteksi maksimal dari paparan COVID-19.
"Vaksinasi melatih sistem di tubuh. Kita tahu bahwa proteksi dari vaksinasi COVID-19 lebih pada upaya untuk penurunan tertular sampai dengan 60 persen bahkan 90 persen. Tapi akan selalu ada infeksi penularan kepada kita. Artinya tidak ada 100 persen yang melindungi," ujar dia.