Jangan Sembarangan Minum Vitamin C, Perhatikan 2 Hal Ini

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Konsumsi vitamin di tengah pandemi kian meningkat, salah satunya karena banyak masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga imunitas tubuh.

Bukan Hanya Vitamin! Zat Besi Jadi Kunci Cegah Anemia pada Ibu Hamil dan Balita

Salah satu vitamin yang banyak dicari adalah vitamin C. Namun, konsumsi vitamin C juga bisa memicu berbagai gejala dan ketidaknyamanan di lambung, terutama bagi mereka yang memang memiliki kecenderungan gangguan asam lambung.

Karena itu, mengonsumsi vitamin C haruslah tepat dan tidak boleh sembarangan, sebab pada orang tertentu bisa memicu permasalahan lain khususnya yang memiliki lambung sensitif.

Waspada Lonjakan Kasus Cacar Air, Pakar Sarankan Jaga Imun dengan Cara Ini

Nutrisionis dari DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan Ketua Indonesia Sport Nutritionists Association (ISNA) dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes. memaparkan beberapa faktor yang penting diperhatikan ketika memilih vitamin C untuk dikonsumsi setiap hari.

Aman untuk lambung

Tips Perawatan Bibir : Rahasia Bibir Lembap Sepanjang Hari

Dokter Rita menjelaskan, suplementasi vitamin C yang beredar juga berbeda-beda ikatannya. Ada yang bentuknya asam askorbat murni dan biasanya cenderung bereaksi meningkatkan produksi asam lambung. Tetapi, pada beberapa suplemen lain asam askorbat itu diikat dengan dengan mineral yang bersifat basa. Jadi, ketika sampai di lambung tidak membuat situasi sangat asam, karena sifat mineral itu membasakan, sehingga terjadi keseimbangan asam basa di dalam lambung.

"Hal ini dimungkinkan berkat kecanggihan teknologi di bidang farmasi. Salah satunya sodium askorbat yang sering disebut buffered vitamin C. Jadi, walaupun sifat vitamin C sesungguhnya memang asam, namun vitamin C yang dihasilkan lebih bisa diterima oleh orang-orang dengan gangguan asam lambung,” jelasnya.

Ilustrasi vitamin/obat.

Photo :
  • Freepik/freepik

Hindari yang bersoda dan berpengawet

Penggunaan soda di vitamin C soda itu terjadi karena beberapa alasan, misalnya agar ada sensasi rasa, serta mengawetkan kandungan vitamin C itu agar lebih stabil.

Menurut dokter Rita, menambahkan air soda artinya memang menambahkan pengawet di dalamnya.  Zat yang biasa ditambahkan itu seperti sodium bicarbonate, sodium sitrat, atau disodium fosfat.

"Jika itu yang ditambahkan, memang bisa saja mengawetkan kandungan vitamin C, tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu oleh orang tertentu, beberapa jurnal kesehatan mengatakan dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan," ujarnya.

Gejala-gejala yang bisa muncul antara lain sembelit, perut tidak nyaman, bahkan diare. Dari perspektif keseimbangan gizi hal itu bisa mengganggu, apabila pengikatnya disodium fosfat, maka fosfat berlebih akan mendorong kalsium keluar, dalam waktu tertentu ini berpengaruh pada kepadatan tulang. "Jadi perlu hati-hati mengonsumsinya,” lanjut dia.

Lebih lanjut dokter Rita mengatakan, mineral-mineral yang diikatkan seperti sodium bikarbonat, disodium fosfat, sodium sitrat, bahkan tambahan pengawet lain, seperti sodium benzoat dan potasium sorbat, dalam jumlah tertentu justru membuat pH lambung makin asam, artinya membuat vitamin C tersebut makin sensitif bagi orang yang memiliki gangguan asam lambung. 

“Bahkan sebenarnya risiko ini tidak hanya untuk yang memiliki lambung sensitif tetapi semua orang. Memang mereka yang lambungnya sensitif akan lebih cepat terpicu dan merasakan keluhan," kata dia.

Secara publik, sebenarnya BPOM sudah menentukan dosis aman, tetapi kadang-kadang masyarakat mengonsumsi lebih dari keperluan, baik frekuensi maupun dosisnya. Padahal kandungan zat-zat tersebut juga kita dapat dari makanan lain.

"Intinya, konsumsi zat-zat seperti larutan soda dan pengawet tadi dalam waktu tertentu akan mempengaruhi kesehatan pencernaan dengan manifestasi klinis seperti disebutkan tadi. Tak heran ada yang sampai mengalami keluhan seperti orang keracunan, setelah konsumsi merasa mual, pusing, bisa ada yang sampai muntah, nafsu makan berkurang, hingga iritasi pada kerongkongan. Jadi tidak hanya di lambung,” paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya