Long COVID-19 Rentan Diidap Si Kecil? Ini Kata Dokter

Anak dan COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Meski angka kasus COVID-19 di Indonesia mengalami tren melandai, namun cakupan vaksinasi sejatinya belumlah maksimal. Apalagi, vaksinasi untuk anak-anak sendiri masih sangat minim dan belum tersedia untuk usia 12 tahun ke bawah sehingga masih berisiko terinfeksi COVID-19 bahkan mengalami Long COVID-19.

Polisi Akhirnya Tetapkan Dokter A jadi Tersangka Tewasnya Selebgram Asal Medan Ella Nanda

Dalam acara #GoodTalkSeries IG Live kolaborasi Good Doctor dengan Sentra Vaksinasi Serviam, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini SpA(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, menyebutkan saat ini angka kasus COVID-19 sudah menurun. Seiring menurunnya kasus COVID-19 di Indonesia, ruang perawatan kasus anak juga sangat jauh menurun. 

Ada beberapa anak dengan komplikasi yang dirawat karena COVID-19 di RSCM, misalnya anak dengan gangguan ginjal, pengidap leukemia. Selebihnya, pasien COVID-19 anak sudah tak melonjak seperti bulan Juni-Juli lalu.

Cara Menangani Asma dengan Pengelolaan yang Efektif

"Kasus anak sudah sangat menurun. Ada yang dirawat, paling satu-dua pasien, itupun karena ada komorbid," ujar Prof Rini.

Menurut Prof. Rini, gejala pada anak memang jarang yang menjadi berat, sebagian besar tidak bergejala. Namun, anak-anak juga dapat mengalami long COVID-19, meskipun jarang. Beberapa penyebab misalnya masih lemah dan mudah lelah.

Puteri Qatrunnada, Relawan Dokter Muda Bertaruh Nyawa di Tengah Bencana

Anak divaksin COVID-19 (foto ilustrasi).

Photo :
  • Northwell Health

“Beberapa penelitian memang menemukan kasus long COVID-19 namun tidak seberat orang dewasa. Misalnya tidak ada kasus hilang penciuman dalam waktu lama pada anak, hanya capek dan kadang-kadang batuk dan gatal-gatal terutama anak yang memiliki alergi. Kemungkinan karena daya tahannya belum pulih seperti biasanya,” papar Prof. Rini.  

Terkait anak sudah mulai masuk sekolah, Prof Rini, meyakinkan bahwa protokol sekolah tatap muka sudah sangat ketat. Anak-anak hanya sekitar 2 jam di kelas dan wajib menggunakan masker bahkan ada yang double masker dan menambahkan face shiled.

Selain itu, pembelajaran tatap muka pun hanya dua minggu sekali dan anak tidak membawa bekal sehingga tidak membuka masker selama di sekolah. 

“Sampai saat ini di DKI Jakarta yang sudah memberlakukan sekolah tatap muka, belum ada klaster sekolah. Ada kasus namun ternyata anak tertular dari klaster di rumah,” kata Prof. Rini. 

Karena anak-anak belum bisa divaksin, menurut Prof. Rini, salah satu upaya melindungi dari infeksi COVID-19 dengan memberikan nutrisi yang sehat.

Selain itu, karena anak-anak lebih banyak berkegiatan di rumah, berikan vitamin secukupnya saja jangan berlebihan, cukup vitamin D dan Vitamin C. Atau cukup multivitamin dan Vitamin D. 

"Anak-anak tidak membutuhkan vitamin E secara khusus. Jangan berlebihan karena akan dibuang kelebihannya melalui urine. Vitamin D penting karena banyak anak kekurangan vitamin D terlebih setelah pandemi jarang aktivitas fisik di bawah sinar matahari," pesannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya