Kenali Gejalanya, Diabetes Jadi Faktor Risiko Terjadinya Glaukoma

Ilustrasi diabetes.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Glaukoma merupakan penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi, sehingga dapat merusak serabut saraf mata pembawa sinyal penglihatan dari mata ke otak.

Dianggap Berisiko! 6 Kondisi Kehamilan Ini Disarankan Periksa ke Konsultan Fetomaternal, Apa Itu?

Penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, tertinggi kedua setelah katarak. Bersifat kronis, glaukoma memberi dampak yang sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnya.

Maka dari itu penting bagi masyarakat untuk mengetahui dan mengenali penyakit ini. Glaukoma sendiri disebut-sebut memiliki gejala penglihatan kabur dan buram.

Cegah Bahaya Penyakit Glaukoma, IDI Kabupaten Brebes Berikan Informasi Pengobatan

Benarkah demikian? Terkait hal itu, spesialis mata, dr. Astrianda Nadya Suryono, Sp.M(K) menjelaskan bahwa ada beberapa orang yang menyebut bahwa penglihatan mereka kabur, namun sebetulnya mereka mendeskripsikan penglihatan sentral.

"Berbeda dengan penyakit mata lain, glaukoma kehilangan penglihatan sampingnya. glaukoma penglihatan seperti terowongan, ada blind spotnya," kata dia dalam program Hidup Sehat tvOne, Kamis 14 Oktober 2021.

IDI Banjarnegara Memberi Edukasi Bahaya Penyakit Diabetes dan Pengobatan yang Tepat

Penyakit Glaukoma

Photo :
  • vstory

Lebih lanjut, diketahui bahwa mereka yang mengalami glaukoma tidak mengalami gejala atau tanda tertentu.

"Memang banyak pasien ga tau dia sakit, mungkin keluarganya yang mengamati kok seperti sering kesandung, nabrak-nabrak atau nyetir refleks menghindar kurang, tanpa rasa sakit jadi banyak yang ga sadari sampai lanjut," kata dia.

Lebih lanjut, glaukoma yang disebabkan oleh tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi sehingga menyebabkan kerusakan serabut saraf mata ini diketahui bisa dicegah. Caranya, kata dia dengan melakukan deteksi dini.

"Glaukoma penyebabnya masih dicari tau tapi ada yang sebut ini genetika artinya diturunkan, kalau di keluarga kita ada yang glukoma deteksi dini memeriksakan mata rutin, usianya masih pada dewasa lanjut usia 40 tahun setiap tahun kalau keluarganya ada. faktor risiko lain kalau ada diabetes," jelas Astrianda.

Di sisi lain, Astrianda juga menjelaskan bahwa diabetes menjadi salah satu faktor risiko terjadinya glaukoma.

"Penyebabnya masih dipelajari multifaktorial, diabet ini menjadi faktor risiko. genetik glaukoma ada diabet bisa bermanifestasi," kata dia.

Lebih lanjut, glaukoma ini bisa diobati. Namun pengobatan tersebut hanya bisa menyelamatkan penglihatan sisa dan tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Maka dari itu penting untuk melakukan deteksi dini agar mencegah penyebaran kerusakan pada saraf mata.

"Gak bisa (seperti normal lagi) yang rusak sel saraf ini ga kayak kulit regenerasi, memang ga punya daya regenerasi. Karena yang rusak saraf mata kondisinya sudah lanjut memang akan jadi buta permanen sifatnya. Memang betul deteksi dini agar tidak banyak yang rusak. kalau terdeteksi dini kita bisa bantu jaga agar tidak jelek,” ujar Astrianda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya