Vaksin COVID-19 Booster dan Dosis Ketiga Ternyata Berbeda

Ilustrasi Vaksin Covid-19
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Sejak terjadinya gelombang kedua COVID-19 dan munculnya varian Delta, disebutkan menurunkan efikasi atau keampuhan vaksin yang ada saat ini. Muncul banyak pendapat perlunya booster vaksinasi, dan beberapa negara sudah mulai mendistribusikannya kepada kelompok yang paling berisiko.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Meski demikian, vaksinasi booster dengan dosis ketiga tidaklah sama. Meski vaksin dianggap kunci terkuat melawan COVID-19 dan menghambat penyebaran pandemi, tapi beberapa ahli memperingatkan tentang dosis tambahan. Meski sangat mirip, keduanya tidak bisa dianggap sama.

Dosis vaksin booster adalah suntikan tambahan yang dimaksudkan untuk diberikan pada orang-orang yang imunitasnya cenderung menurun 5-6 bulan setelah mendapat vaksin lengkap.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Dikutip laman Times of India, meski penggunaan vaksin booster sudah banyak dipertimbangkan sejak sejumlah studi menunjukkan imunitas yang memudar dengan model vaksin saat ini, banyak negara dan pakar medis mempertimbangkan penggunaannya, untuk melindungi orang-orang dari risiko varian COVID-19 yang mematikan.

Ilustrasi Penyuntikan Vaksin COVID-19.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Secara khusus, penggunaan booster secara eksklusif ditawarkan kepada orang-orang yang memiliki risiko lebih tinggi, atau rentan terhadap penurunan imunitas karena penyebab alami seperti tenaga medis, orang-orang berusia di atas 65 tahun atau mereka yang berusia di atas 50 tahun yang menghadapi bahaya kondisi medis.

Di antara negara-negara yng menawarkan dosis booster, saat ini hanya disarankan penggunaannya pada kelompok prioritas berisiko tinggi tersebut.

Sebaliknya, dosis ketiga bekerja sedikit berbeda. Dosis ini secara eksklusif dimaksudkan untuk orang-orang yang tidak mampu meningkatkan respons imunitas yang cukup, atau mengalami kelainan imun yang parah, yang bisa membuat vaksin orisinal kurang efektif.

Para ahli mengatakan bahwa memberikan keuntungan dari dosis ketiga bisa membantu mereka menyesuaikan respons imun yang sama seperti orang pada umumnya, populasi yang sehat. Karena itu, pada kasus demikian, efek dari dosis ketiga akan sama dan efektif bekerja seperti dua dosis.

Dosis vaksin COVID-19 ketiga ditawarkan pada mereka dengan kerentanan imun, yang kemungkinan meliputi pasien kanker, atau yang menerima transplantasi organ dan kondisi lainnya yang menyebabkan kelainan imun. Dosis ketiga ini hanya diberikan berdasarkan kasus per kasus, dan kemungkinan tidak benar-benar didistribusikan untuk publik.

Apa yang membedakan dosis booster dan ketiga vaksin COVID-19?

Dosis booster dan ketiga kemungkinan bisa membantu masyarakat menaikkan respons imun terhadap patogen dan membuat mereka aman. Tapi, ada perbedaan yang jelas di antara keduanya.

Jika dosis ketiga vaksin COVID-19 akan diberikan dengan 'penuh', vaksin booster yang diberikan saat ini memiliki volume atau injeksi vaksin yang lebih sedikit, karena dosis tambahan ini hanya akan menambah rentang efikasi.

Para pakar juga menyimpulkan bahwa akan ada beberapa perbedaan dalam efek samping yang harus diantisipasi penerima. Suntikan booster, yang diketahui intensitasnya yang lebih tinngi (atau gejalanya mirip dengan yang dialami dengan dosis kedua), belum diketahui seberapa parah efek sampingnya, atau seberapa aman dosis ketiga nantinya.

Vaksin booster diberikan enam bulan setelah vaksinasi orisinal (karena diberikan saat antibodi vaksin mulai melemah), untuk mereka yang layak mendapatkan vaksin dosisi ketiga, dosis yang tepat diberikan pada interval waktu yang lebih pendek, biasanya dalam periode 21-28 hari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya