Bernyanyi Atasi Gangguan Tidur pada Pasien Long COVID-19
- U-Report
VIVA – Dunia saat ini masih tertuju dalam pengedalian pasien COVID-19 dengan angka kasus yang masih meningkat, bahkan melebihi pandemi Flu Spanyol. Meski begitu, tim medis kini sudah mulai teralihkan pada gejala-gejala yang dialami pasien pasca sembuh COVID-19.
Berbagai keluhan kini menimpa banyak pasien meski telah negatif COVID-19. Meski tak lagi memiliki virus dan menularkan ke orang lain, namun kerusakan organ yang diakibatkan paparan infeksi virus corona itu rupanya bisa bertahan lama.
Salah satunya keluhan gangguan tidur pada pasien Post COVID-19 Syndrome. Beberapa pasien terkadang mengeluh mengalami sleep apnea atau apnea tidur.
Kondisi itu terjadi saat pernapasan berhenti dalam beberapa detik di saat seseorang tengah tertidur. Rupanya, ini dapat terjadi lantaran dampak pada paru-paru akibat virus corona memang cukup berat.
"Salah satu dampak COVID-19 terjadi fibrosis. Saluran napas itu suatu saluran dari mulut, tenggorokan, masuk ke trakea, bronkus, brongkiolus. COVID-19 itu bisa menyempitkan saluran napas itu mekanisme sleep apnea," tutur dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah, dr. Wirawan Hambali, Sp.PD, dalam acara media bersama RSPI, baru-baru ini.
Lebih dalam, kondisi fibrosis atau luka pada paru-paru itu bisa berdampak cukup luas. Untuk mencegah gejala yang timbul seperti sleep apnea, dianjurkan melakukan terapi dan latihan ringan.
"Fibrosis (luka parut) paru-paru berdampak cukup luas, kita harus latihan (untuk obati). Bisa dengan meregangkan tangan ke samping, atas, untuk buka volum paru-paru," imbuhnya.
Selain itu, dianjurkan juga untuk berlatih napas dengan cara berjalan selama beberapa menit dengan target yang harus dicapai. Jika dirasa terlalu berat, latihan napas bisa dilakukan melalui cara bernyanyi.
"Karena dengan nyanyi kita harus latih paru-paru. Di mana ada jeda kita bicara, nyanyi, dan napas. Itu media yang menyenangkan. Itu cara-cara yang populer untuk memulihkan," pesannya.