Mager & Gemar Begadang, Awas Diintai WFH Disease

Ilustrasi WFH
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pandemi yang terjadi selama lebih kurang 2 tahun belakang membuat kita mau tidak mau harus beradaptasi dengan keadaan. Alih-alih tetap menjalani hidup sehat, sebagian masyarakat malah memiliki rutinitas yang kurang baik dan berisiko mengidap Work From Home (WFH) disease (penyakit di rumah).

Jam Tidur Terbalik Bisa Picu Penyakit Serius! Begini Cara Kembali ke Pola Tidur Normal

Dijelaskan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Vito A. Damay, Sp.JP(K), M.Kes., AIFO-K, FIHA., FICA., FAsCC., masyarakat saat ini masih dalam tren WFH yang tak berkesudahan. Saat WFH, cenderung membuat waktu kerja tak beraturan.

"Saya bilang ini WFH disease, orang di rumah sekarang kerja bisa online waktu kerja tak menentu," ujarnya dalam acara virtual bersama Yayasan Jantung Indonesia (YJI), baru-baru ini.

Kota Ternyaman untuk WFH di Indonesia

Bukan hanya waktu kerja, tapi juga kebiasaan mengonsumsi kudapan ringan yang malah berisiko pada obesitas. Selain itu, waktu makan pun menjadi kurang teratur akibat rapat virtual berkepanjangan yang memicu gaya hidup sedentary alias males gerak (mager).

"Dia jadi lupa olahraga, lupa gerak. Selain itu jam tidur juga bisa terganggu karena ada rapat sampai malam atau malah nonton sampai malam di rumah," imbuhnya.

KERJA SANTAI DIRUMAH? Jadi Digital Nomad dan Jelajahi Dunia Sambil Bekerja

Gaya hidup yang mageran hingga akhirnya gemar begadang pun tentu memicu irama tubuh yang mulai kacau. Hal ini berdampak pada risiko stres akibat produksi hormon kortisol di tubuh.

"Tapi jam malam ini malah bangun, akhirnya hormon kortisol yang biasa aktif siang harus keluar lagi. Anda jadinya tidak tidur, pagi hari badan tidak segar karena malam hari tidak istirahat sebagai mana mestinya," bebernya.

Tak heran, kebiasaan mager dan begadang dari WFH ini bisa berdampak pada penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, obesitas yang berakhir pada masalah di jantung. Oleh karena itu, seluruh masyarakat perlu mengambil peran dalam mencegah tingginya angka jumlah penyintas dan kematian akibat penyakit jantung. 

"Tingkatkan daya tahan tubuh sebaik mungkin, makan makanan yang bergizi, hindari gula, garam serta lemak berlebihan, mengkonsumsi suplemen atau multivitamin bila diperlukan, serta tetap memeriksakan kesehatan Anda secara berkala dengan cara konsultasi dengan dokter Anda melalui fasilitas telemedika,” ungkap dr. Vito.

“Tapi jangan lupa, jika gejala dirasa mengganggu segera kunjungi fasilitas kesehatan atau Rumah Sakit terdekat agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut," pesannya.

Debat Ketiga Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta

Ridwan Kamil Siapkan WFH dan Truk Embun untuk Atasi Macet dan Polusi Jakarta

Langkah menanam pohon pun harus dilakukan secara masif dan bersama-sama.

img_title
VIVA.co.id
17 November 2024