Mager & Gemar Begadang, Awas Diintai WFH Disease

Ilustrasi WFH
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pandemi yang terjadi selama lebih kurang 2 tahun belakang membuat kita mau tidak mau harus beradaptasi dengan keadaan. Alih-alih tetap menjalani hidup sehat, sebagian masyarakat malah memiliki rutinitas yang kurang baik dan berisiko mengidap Work From Home (WFH) disease (penyakit di rumah).

Teguh Setyabudi Wacanakan WFH Imbas Cuaca Esktrem di Jakarta

Dijelaskan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Vito A. Damay, Sp.JP(K), M.Kes., AIFO-K, FIHA., FICA., FAsCC., masyarakat saat ini masih dalam tren WFH yang tak berkesudahan. Saat WFH, cenderung membuat waktu kerja tak beraturan.

"Saya bilang ini WFH disease, orang di rumah sekarang kerja bisa online waktu kerja tak menentu," ujarnya dalam acara virtual bersama Yayasan Jantung Indonesia (YJI), baru-baru ini.

Cari Pekerjaan Fleksibel? Ini Dia 4 Pilihan yang Bisa Kamu Coba dari Rumah

Bukan hanya waktu kerja, tapi juga kebiasaan mengonsumsi kudapan ringan yang malah berisiko pada obesitas. Selain itu, waktu makan pun menjadi kurang teratur akibat rapat virtual berkepanjangan yang memicu gaya hidup sedentary alias males gerak (mager).

"Dia jadi lupa olahraga, lupa gerak. Selain itu jam tidur juga bisa terganggu karena ada rapat sampai malam atau malah nonton sampai malam di rumah," imbuhnya.

Ingin Bebas Bekerja dari Mana Saja? 20 Perusahaan Impian dengan Opsi Kerja Remote di Tahun 2025

Gaya hidup yang mageran hingga akhirnya gemar begadang pun tentu memicu irama tubuh yang mulai kacau. Hal ini berdampak pada risiko stres akibat produksi hormon kortisol di tubuh.

"Tapi jam malam ini malah bangun, akhirnya hormon kortisol yang biasa aktif siang harus keluar lagi. Anda jadinya tidak tidur, pagi hari badan tidak segar karena malam hari tidak istirahat sebagai mana mestinya," bebernya.

Tak heran, kebiasaan mager dan begadang dari WFH ini bisa berdampak pada penyakit-penyakit seperti diabetes, hipertensi, obesitas yang berakhir pada masalah di jantung. Oleh karena itu, seluruh masyarakat perlu mengambil peran dalam mencegah tingginya angka jumlah penyintas dan kematian akibat penyakit jantung. 

"Tingkatkan daya tahan tubuh sebaik mungkin, makan makanan yang bergizi, hindari gula, garam serta lemak berlebihan, mengkonsumsi suplemen atau multivitamin bila diperlukan, serta tetap memeriksakan kesehatan Anda secara berkala dengan cara konsultasi dengan dokter Anda melalui fasilitas telemedika,” ungkap dr. Vito.

“Tapi jangan lupa, jika gejala dirasa mengganggu segera kunjungi fasilitas kesehatan atau Rumah Sakit terdekat agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut," pesannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya