Pandemi COVID-19 Picu Angka Putus Sekolah Naik Hingga 10 Kali Lipat

Sekolah anak jalanan dan putus sekolah dari keluarga tak mampu
Sumber :
  • ANTARA FOTO/FB Anggoro

VIVA – Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung hampir selama 2 tahun di dunia ini berdampak secara signifikan di berbagai aspek mulai dari kesehatan, hingga ekonomi. Tidak hanya itu saja, pandemi COVID-19 juga diketahui berdampak pada sektor pendidikan.

Polisi Cek Kondisi Anak 9 Tahun Usai Dianiaya dan Dipaksa Minum Miras oleh 4 Pria di Tangerang

"Ini cobaan untuk dunia pendidikan juga selain ekonomi, kesehatan, kita terkena risiko besar dalam pandemi ini," kata Direktur Jenderal PAUD, DIKDAS, DIKMEN, Jumeri S.TP, M.Si dalam virtual meeting ‘Kembali ke Sekolah atau Belajar di Rumah Mencari Solusi Terbaik Pembelajaran Anak’, Selasa 21 September 2021.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Jumeri dampak dari pandemi COVID-19 terhadap dunia pendidikan adalah adanya peningkatan angka putus sekolah pada anak-anak.

PBB: Kematian Anak Palestina akibat Dibunuh Tentara Israel di Tepi Barat Naik Tiga Kali Lipat

Dimana tercatat angka putus sekolah sebesar 1,12 persen atau meningkat 10 kali lipat dari angka putus sekolah dasar di tahun 2019 lalu.

"Tingkat putus sekolah 1,12 persen biasanya 0,1-0,2 persen dengan perbedaan antara barat dan timur yang signifikan. Angka ini 10 kali lipat dari angka putus SD tahun 2019," kata Jumeri.

KPAI Sebut Anak-anak Rentan Jadi Objek Politik Selama Tahapan Pilkada 2024

Jumeri menjelaskan, risiko putus sekolah pada anak-anak selama pandemi COVID-19 ini dikarenakan beberapa anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi COVID-19.

Selain itu, dijelaskan Jumeri, pandemi COVID-19 juga telah menyebabkan learning lost yang sangat signifikan. Menurut data terjadi penurunan 0,44 hingga 0,47 standar deviasi atau setara dengan tertinggal 5 bulan pembelajaran per tahun.

Kemudian data dari World Bank, dampak dari pandemi COVID-19 juga terasa dengan 0,8 sampai 1,3 tahun compounded learning loss dengan gap antara siswa miskin dan siswa kaya sebesar 10 persen.

Masih dari data World Bank, diperkirakan ada 118 ribu anak usia SD yang tidak bersekolah. Angka ini diketahui 5 kali lipat lebih tinggi dari jumlah anak putus SD di tahun 2019.

Di sisi lain, Jumeiri juga menjelaskan dampak Pembelajaran Jarak Jauh selama 1,5 tahun yang dijalankan selama pandemi COVID-19 ini bagi anak-anak. Dijelaskan Jumeri tanpa bersekolah banyak anak yang terjebak kekerasan di rumah tanpa terdeteksi oleh guru.

"Biasanya permasalahan rumah tangga terdeteksi guru-gurunya karena dia mungkin murung sekolah ditemukan gurunya dipecahkan masalahnya, ini tidak ditemukan proses itu," kata dia.

Jumeri juga menambahkan, ketika anak tidak lagi ke sekolah terjadi peningkatan risiko untuk pernikahan dini.

"Ini bisa terjadi dan banyak permintaan izin pernikahan dini di KUA terutama anak perempuan," kata Jumeri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya