Pahami Bahaya 'Jerawat Otak', Picu Kejang Hingga Kematian
- Pixabay
VIVA – Aneurisma otak mungkin banyak yang belum memahaminya. Namun, diperkirakan sekitar 500 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini.
Aneurisma otak merupakan kondisi di mana dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut. Bentuknya yang berupa tonjolan kecil ini membuatnya mirip seperti jerawat di kulit. Lantas, mengapa jerawat otak ini begitu berbahaya?
"(Aneurisma) tidak bergejala. Suatu saat dia pecah, fatal. Kami anjurkan check up, datang ke rumah sakit check-up, MRI," kata Kepala Neurosurgeon Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono, Jakarta, Dr. Abrar Arham, Sp.BS, dalam acara virtual bertajuk 'Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan', baru-baru ini.
Jika aneurisma ini pecah dapat mengakibatkan kondisi fatal yaitu perdarahan otak (subarachnoid) dan kerusakan otak. Pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami oleh 1 orang setiap 18 menit.
"Hanya 10 persen pasien yang datang ke kita itu aneurismanya belum pecah, yang 90 persennya datang pecah semua, kita ini sibuk nanganin yang pecah-pecah, kondisinya sudah berat," imbuhnya.
Gejala pecahnya aneurisma biasanya mencakup penglihatan terganggu, mual dan muntah, kehilangan kesadaran, kejang, sulit berbicara, lumpuh atau kelemahan pada tungkai atau salah satu sisi tubuh. Dokter biasanya akan melakukan penanganan aneurisma dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).
Dokter Abrar juga memaparkan teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95 persen). Metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang.
"Kalau banyak yang paham, bahwa lebih murah dan mudah ditangani sebelum pecah, kematian karena aneurisma yang bisa menyebabkan stroke bisa dikurangi," jelasnya.
Lebih dalam, aneurisma sendiri sebenarnya dapat dicegah sejak awal melalui pemeriksaan otak rutin. Arham menganjurkan agar pencegahan jerawat otak dilakukan sejak usia lebih dari 40 tahun serta diwajibkan bagi pasien hipertensi. Curigai adanya jerawat otak apabila terdapat beberapa gejala seperti nyeri di sekitar mata, mati rasa di salah satu sisi wajah, pusing dan sakit kepala, kesulitan berbicara, keseimbangan terganggu, sulit berkonsentrasi atau memiliki daya ingat yang lemah, dan gangguan penglihatan atau melihat ganda.