Sampah Plastik Meningkat, Awas 3 Penyakit Ini Mengintai

Ilustrasi sampah plastik.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Pandemi COVID-19 telah memicu masalah baru terkait peningkatan jumlah sampah plastik secara dramatis. Tak heran, masalah sampah plastik ini diperkirakan bakal menjadi endemik yang dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan dan tentunya untuk kesehatan jangka panjang.

Keresahan di Balik Munculnya Inovasi Pelepah Pinang

Plastik merupakan komponen utama dalam masker, sarung tangan, botol pembersih tangan, pakaian medis pelindung, alat tes COVID-19 yang sangat dibutuhkan di era ini. Bukan itu saja, wadah plastik makanan, kemasan pengiriman, dan barang-barang lainnya yang penting bagi masyarakat kian meningkat saat tak diperbolehkannya makan  di restoran.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Rosa Vivien Ratnawati,  mengatakan bahwa pemerintah berambisi untuk mengurangi 30 persen sampah di Indonesia. Rosa mengapresiasi upaya dan inisiatif pihak swasta seperti Nestlé Indonesia untuk melakukan studi kemasan isi ulang dan pendekatannya ke konsumen. 

Hebat! Mahasiswa Ciptakan Kapal Pembersih Sampah, Bisa Angkut 1.500 Ton Sehari

"Besar harapan kami agar inisiatif seperti ini bisa menjadi pembelajaran yang baik untuk semua pemangku kepentingan dan membantu mengurangi sampah kemasan plastik di Indonesia," terangnya, dikutip dari keterangan pers, Rabu 8 September 2021.

Studi pengembangan kemasan dengan sistem isi ulang akan berlangsung selama 3 bulan di daerah Tebet, Jakarta dan PT Nestlé Indonesia menjamin kualitas dan keamanan produk-produk yang akan didistribusikan. Sepeda Siklus akan mendistribusikan produk makanan dan minuman Nestle di daerah perumahan atau konsumen bisa memesan melalui aplikasi.

Keterkaitan Iklim, Alam, Plastik, dan Pekerjaan, Bagaimana Semua Ini Berjalan Bersama

"Melalui studi ini kedua perusahaan akan bekerja sama untuk menguji dan menyesuaikan solusi isi ulang yang akan memberikan kepada konsumen Indonesia suatu alternatif dan cara efektif untuk membeli produk-produk konsumen sekaligus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” ujar CEO & Co-Founder Siklus, Jane von Rabenau.

Ada pun kerja sama program percontohan dan studi dengan Nestlé Indonesia merupakan langkah pertama yang penting untuk menyelesaikan masalah sampah plastik dalam skala yang lebih besar. Produk-produk yang akan dijual kepada konsumen dengan menggunakan kemasan isi ulang yang dijamin kebersihan dan keamanannya. 

"Para konsumen juga akan mendapatkan petunjuk penyimpanan dan konsumsi. Selain itu, kami meminta konsumen untuk turut memastikan kebersihan wadah makanan yang akan dibawa, guna menjamin keamanan dan kualitas produk,” tutur Head of Sustainability, PT Nestlé Indonesia, Prawitya Soemadijo.

Lebih lanjut, membuang limbah medis dan sampah plastik lainnya secara sembarangan tentu akan berdampak buruk bagi kesehatan. Apa saja dampak buruk dari sampah tersebut, khususnya di era pandemi ini? Berikut ulasannya.

Masalah sistem pencernaan

Tempat sampah yang meluap adalah tempat berkembang biak yang ideal bagi bakteri, serangga, dan hama. Lalat yang mengunjungi tempat sampah juga merupakan lalat yang sama yang berkeliaran di sekitar prasmanan makan siang Anda dan menjatuhkan kotorannya di piring Anda. 

Dengan demikian, mereka meningkatkan risiko Anda tertular salmonella, yang menyebabkan demam tifoid, keracunan makanan, demam enterik, gastroenteritis, dan penyakit utama lainnya. Selain lalat, hewan lain yang berkembang biak dari sampah di dalam dan di sekitar wadah termasuk tikus, rubah, dan anjing liar.

Polusi udara dan penyakit pernapasan

Sesak napas

Photo :
  • Times of India

Salah satu akibat dari sampah yang meluap adalah pencemaran udara, yang menyebabkan berbagai penyakit pernapasan dan efek kesehatan yang merugikan lainnya karena kontaminan diserap dari paru-paru ke bagian lain dari tubuh. Zat beracun di udara yang terkontaminasi oleh limbah termasuk karbon dioksida, dinitrogen oksida, dan metana. 

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengidentifikasi udara yang tercemar terutama melalui bau yang tidak sedap, yang biasanya disebabkan oleh penguraian dan limbah cair. Di saat pandemi, tentu ini akan memicu bahaya yang mungkin memperberat gejala COVID-19.

Infeksi kulit dan usus

Bagi staf pengumpul sampah, risiko mengambil dan menangani sampah yang meluap meliputi infeksi, penyakit kronis, dan kecelakaan.

Kontak langsung dengan limbah dapat mengakibatkan infeksi kulit dan darah melalui luka yang terinfeksi, berbagai penyakit akibat gigitan hewan yang memakan limbah tersebut, dan infeksi usus yang ditularkan oleh lalat yang memakan limbah tersebut.

Memungut sampah yang meluap juga berisiko karena benda tajam, jarum dan limbah yang berpotensi berbahaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya