Varian Mu Lebih Menular Dibanding Delta? Ini Kata Dokter

Virus Corona.
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Saat ini dunia kembali memerangi infeksi virus corona jenis baru yang dikenal sebagai 'Mu'. Varian ini pertama kali dideteksi di Kolombia dan termasuk sebagai varian of interest (VO) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

CIA Duga Kuat COVID-19 dari Kebocoran Laboratorium di Wuhan, China Bereaksi Keras

Varian Mu sendiri dikenal dengan jenis B.1.621 yang kini telah dilaporkan terdeteksi di benua Amerika dan Eropa. Bahkan, varian ini sudah menyebar di nyari 40 negara di dunia.

"Varian Mu itu awal-awal kemunculan seperti delta, sudah mulai dari awal 2021 di Kolombia dan menyebar di 39 negara. Karena dia ubah struktur, sehingga (sifat virusnya) mudah menyebar," jelas Dokter Konsultan Tropik Infeksi RSCM & Carolus, dr. Robert Sinto, Sp.PD-KPTI, dalam acara Hidup Sehat, TvOne, Senin 6 September 2021.

CIA Duga COVID-19 Berasal dari Kebocoran Laboratorium di China, Menurut Media AS

Sebelum muncul varian Mu, beberapa varian lain memang terbukti kian berbahaya, termasuk varian delta yang mengakibatkan tingginya kasus di India dan juga di Tanah Air. Lantas, apa benar varian Mu ini akan lebih menular dibanding varian delta?

"Belum pernah diadu head to head (antara delta dan Mu), bahwa dia (Mu) meningkatkan transmisi memang ada bukti tapi belum ada penelitian mendalam di masyarakat. Varian Mu ini sangat potensial bahwa ini mudah menular," tutur Robert.

Bukan COVID-19 atau HMPV, Ternyata Ada Virus Ini yang Jauh Lebih Berbahaya Bagi Manusia

Bahkan, dalam laporan WHO juga menyatakan varian Mu memiliki sifat yang mampu menghindari respons imunitas dari vaksin. Artinya, ada kemungkinan vaksin tak lagi efektif melawan varian baru tersebut.

"Varian Mu harus diwaspadai. Contohnya AS alami lonjakan kasus padahal sudah divaksinasi dan cakupan tinggi dengan kualitas vaksin yang baik tapi penyebaran kasus ada yang mungkin disebabkan varian MU," kata dia.

Terlebih, Indonesia sendiri sudah memulai vaksinasi sejak awal tahun 2021 dan belum ada penelitian yang tahu persis kapan penurunan kekebalan tubuh terjadi. Untuk itu, masyarakat diharapkan tak santai dalam menghadapi varian baru COVID-19 dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

"Karena penelitian belum menunjukkan kapan harus booster. Walau sudah vaksin 2 dosis tapi belum tahu kekebalannya berapa lama. Vaksinasi tetap perlu, karena itu bagian dari upaya untuk mencapai herd immunity tapi jangan lengah dengan tetap jaga prokes," ujarnya.

Jubir baru Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menjalankan tugas perdana

CIA Dukung Teori COVID-19 dari Kebocoran Lab di China, Beijing Minta AS Stop Manipulasi

China meminta AS berhenti mempolitisasi dan memanipulasi isu asal-usul virus corona, berhenti mencemarkan nama baik negara lain, dan berhenti melemparkan kesalahan.

img_title
VIVA.co.id
28 Januari 2025