Jika Antibodi Tidak Terbentuk, Haruskah Vaksin COVID-19 Ulang?

Ilustrasi vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Meski dalam jumlah kecil, ada sekitar 2-3 persen orang yang menjadi non responder COVID-19 vaccine. Artinya orang-orang tersebut tidak merespons kekebalan tubuh, sehingga antibodi tidak terbentuk. 

Rahasia Hidup Sehat dan Bahagia dengan Gaya Hidup Minimalis

Lalu, jika antibodi tidak terbentuk pasca vaksinasi COVID-19, perlukah melakukan vaksin ulang dengan merek yang berbeda? Spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI, menegaskan hal itu tidak perlu dilakukan. Apa alasannya? 

"Jadi, tentu ketika para ahli memberikan rekomendasi selalu berdasarkan bukti ilmiah. Sampai saat ini, belum ada bukti ilmiahnya bahwa kalau yang tidak respons dengan antibodi katakanlah tidak tinggi (antibodinya) setelah vaksinasi yang dosis primer, kemudian harus diulang vaksinasinya," ujarnya dalam tayangan Hidup Sehat tvOne. 

Mau Tetap Sehat di Usia 40-an? Kenali 5 Kebiasaan Buruk yang Harus Dihindari!

Lebih lanjut dokter Suzy menjelaskan, saat ini vaksinasi ulang hanya direkomendasikan untuk penderita penyakit hepatitis B. 

"Jadi, kalau divaksin hepatitis B, ternyata titer antibodinya tidak merespons seperti yang kita targetkan maka dilakukan vaksinasi ulang. Tapi kalau untuk di luar itu tidak," kata dia. 

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

"Jadi untuk COVID-19, masyarakat gak usah panik dulu. Pokoknya respons kekebalan tubuh itu lebih dari sekadar antibodi saja," terang Suzy. 

Dokter Vito Damay selaku host acara tersebut menambahkan, jika kita divaksin, maka kita sudah mendapatkan kekebalan, sehingga sudah lebih aman dibandingkan jika tidak divaksin. 

"Dan Anda tidak perlu pilih-pilih vaksin saat ini. Pelampung depan Anda itu yang mencegah Anda tenggelam, sehingga Anda sakit itu pakai yang ada dulu," kata dr. Vito.

Ilustrasi kanker payudara. (Unsplash.com/Angiola Harry)

Deteksi Dini Kanker Payudara dengan 5 Cara Ini, Perempuan Wajib Tahu

Kanker payudara salah satu penyakit paling umum yang menyerang perempuan di dunia. Deteksi dini meningkatkan peluang pengobatan yang efektif dan harapan hidup.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024