Sulit Hamil Anak Kedua Akibat Tidak Subur, Apa Kata Dokter?

Ilustrasi hamil/ibu hamil/USG.
Sumber :
  • Freepik/tirachardz

VIVA – Harapan pasangan suami istri untuk memiliki anak kedua kerap terjadi dalam waktu lama atau bahkan sulit dicapai. Jangan sepelekan, ada kemungkinan Anda dan pasangan mengalami infertilitas sekunder. Apa itu dan berbahayakah?

Sekitar 10-15 persen pasangan mengalami infertilitas dan sepertiganya mengidap infertilitas sekunder. Infertilitas menurut WHO didefinisikan sebagai kegagalan pasangan suami istri untuk hamil setelah satu tahun berhubungan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi.

Definisi ini juga berlaku pada infertilitas sekunder, tetapi dalam hal ini pasangan tersebut sudah memiliki anak sebelumnya.

Dalam hal kesuburan, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya tidak selalu membuat peluang kehamilan selanjutnya lebih mudah. Hal ini lebih seringkali berkaitan dengan bertambahnya usia yang memengaruhi kuantitas dan kualitas sel telur dan sperma

"Jadi, penyebab infertilitas sekunder ini bukan hanya salah satu pihak (wanita atau pria) saja, tetapi keduanya. Faktor penyebab infertilitas sekunder dapat berasal dari wanita, pria, ataupun kombinasi keduanya," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi, RS Pondok Indah IVF Centre, dr. Upik Anggraheni, Sp.OG-KFER, dalam keterangan persnya.

Apa penyebabnya?

Berbagai faktor termasuk usia, infeksi, lingkungan, genetik, bahkan nutrisi, dan stres dapat berkontribusi menjadi penyebab terjadinya masalah kesuburan. Faktor usia menjadi salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan. 

"Usia 35 tahun pada wanita adalah titik di mana cadangan ovarium mulai menurun secara cepat sampai dengan usia 45 tahun, di mana usia ini merupakan batas usia dilakukannya program IVF (bayi tabung) dengan sel telur milik sendiri," tutur dokter Upik.

Viral Wanita Tiba-tiba Melahirkan Tanpa Merasa Hamil, Begini Penjelasan Ahli

Selain itu, wanita dengan indeks massa tubuh di atas 25 kg/m2 cenderung lebih sering mengalami infertilitas dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan ideal. Hal ini terkait dengan gangguan ovulasi seperti PCOS yang sering terjadi pada wanita gemuk. 

"Begitu pula dengan pria gemuk. Mereka lebih sering mengalami gangguan kesuburan yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan suhu akibat penumpukan lemak di sekitar kemaluan," katanya.

Mikropenis Bikin Susah Punya Anak, Benarkah Berkaitan dengan BPA?

Namun demikian, penyebab terbanyak infertilitas sekunder pada pria adalah varikokel atau pembesaran pembuluh darah di dalam skrotum. Untuk itu, dibutuhkan terapi dan pengobatan infertilitas sekunder dengan mengikuti alur penanganan infertilitas pada umumnya, seperti apa?

Penanganan Infertilitas Pasangan

Kesha Ratuliu Umumkan Anak Ke-3, Sebut Kehamilannya Kali Ini Sangat Tak Terduga

1. Analisis lengkap riwayat medis pasangan.

2. Identifikasi risiko terkait kesuburan (frekuensi berhubungan seksual, paparan asap rokok, polusi, alkohol, kafein, dan gaya hidup).

3. Pemeriksaan fisik pasangan

4. Evaluasi ovulasi, USG transvaginal, dan histerosalpingografi (HSG) pada wanita, serta

5. Analisis sperma pada pria.

Jenis-jenis penanganan kesuburan

Evaluasi ovulasi dapat dinilai dari riwayat menstruasi dan pengukuran kadar progesteron darah atau luteinizing hormone (LH) urin. HSG merupakan tes yang efektif untuk menilai kondisi rongga rahim dan ada tidaknya sumbatan di saluran tuba fallopi. 

"Pada kasus kecurigaan endometriosis, adanya perlekatan atau masalah lain pada saluran telur dapat dipertimbangkan untuk dilakukan laparaskopi terlebih dahulu, sebelum program kehamilan dimulai," kata dia.

Adapun analisis sperma adalah hal yang wajib dilakukan oleh pria untuk menentukan pilihan terapi selanjutnya. Umumnya, analisis sperma berlaku untuk tiga bulan terkait dengan spermatogenesis yang terjadi setiap 90 hari. Hasil analisis sperma mencakup volume, konsentrasi sperma, pergerakan, dan bentuk sperma yang normal. 

"Dari hasil tersebut, dapat diketahui jumlah total sperma yang bergerak untuk menentukan kelayakan sperma membuahi sel telur secara alami," tuturnya.

Pilihan terapi akan ditentukan setelah dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi mengetahui masalah kesuburan pasangan sehingga dapat diketahui peluang dari setiap pilihan yang ada, baik program alami (sanggama terencana), inseminasi intrauterine, ataupun bayi tabung (IVF). 

Jangan ragu untuk mengecek kondisi Anda dan pasangan sebelum merencanakan kehamilan anak kedua. Perubahan gaya hidup, pertambahan usia, riwayat penyakit, atau tindakan bedah di daerah kandungan dapat memengaruhi kesuburan Anda dan pasangan. Perencanaan dan persiapan yang matang dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan terjadinya kehamilan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya