Penderita Autoimun Boleh Divaksin COVID-19, Ini 2 Syaratnya
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Sistem kekebalan tubuh pada penderita autoimun akan menyerang tubuh pasien itu sendiri. Maka banyak yang mempertanyakan, apakah penderita autoimun jika sudah divaksin COVID-19, juga akan terbentuk antibodi?
"Secara umum seseorang yang menderita autoimun, respons antibodinya ketika divaksin tidak jauh berbeda dengan populasi umum yang tidak menderita autoimun," jelas Spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Sukamto, Sp.PD, K-AI, dalam tayangan Hidup Sehat tvOne, Selasa 31 Agustus 2021.
Namun, dokter Sukamto menjelaskan, ada keadaan-keadaan tertentu yang membuat respons tubuh pasien autoimun, pembentukan antibodinya tidak sebagus populasi umum ketika diberi vaksin. Lalu, apa yang membuat berbeda?
"Pertama, apabila seseorang yang menderita autoimun itu dalam keadaan aktif autoimunnya. Misalnya seorang penderita lupus terjadi kebocoran protein di ginjalnya yang amat sangat masif, biasanya ditandai dengan pembengkakan di seluruh tubuh karena proteinnya kurang. Atau pasien dengan rheumatoid arthritis yang sendinya sedang bengkak," terang dia.
Kemudian menurut Sukamto, keadaan lain yang membuat kondisi autoimun berbeda dengan populasi normal adalah obat yang dikonsumsi.
"Jadi, pasien autoimun ketika sakit untuk menekan supaya auto antibodinya tidak merusak tubuhnya, maka antibodi itu menempel di sendi atau sel-sel di ginjal, maka akan terjadi kerusakan," kata dia.
Nah, agar tidak terjadi kerusakan, Sukamto menjelaskan, dokter akan memberikan obat imunosupresan. Apa itu?
"Itu adalah obat yang kerjanya menghambat supaya si auto antibodi tadi tidak bekerja. Nah, karena efeknya tadi, si obat imunosupresan tadi juga akan menekan pembentukan antibodi ketika seseorang divaksin," ujarnya.
Maka dari itu, Sukamto mengingatkan, jika penderita autoimun hendak divaksin COVID-19, harus memenuhi dua syarat berikut.
"Harus dipastikan, pertama penyakitnya tidak sedang aktif atau remisi atau tenang. Kemudian obat-obat imunosupresan yang diberikan tadi pada dosis yang paling minimal," kata dr. Sukamto.