Banyak Dilakukan, 3 Kesalahpahaman Soal Konsumsi Vitamin

Ilustrasi obat/vitamin.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Di masa pandemi, kebutuhan akan vitamin dan mineral sangat tinggi untuk meningkatkan imunitas tubuh. Selain menjaga asupan makanan dan olahraga, mengonsumsi vitamin atau multivitamin juga sangat dianjurkan.

Bahaya Heatstroke Mengintai Pelari, Ini Cara Jitu Meminimalisirnya

Tapi, apakah suplemen vitamin dan mineral benar-benar bermanfaat bagi tubuh? Berikut ini 3 mitos seputar suplemen multivitamin yang wajib diketahui dikutip dari laman Times of India.

Multivitamin bisa menggantikan makanan alami
Faktanya, seberapa bagus pun kualitas multivitamin yang kamu konsumsi, dia tidak akan bisa menggantikan makanan kamu. Nyatanya, cara terbaik menjaga kesehatan tubuh adalah mengonsumsi makanan sehat. Multivitamin disarankan hanya ketika tubuh tidak mampu mendapat cukup nutrisi dari makanan sehari-hari, atau kamu sedang dalam masa penyembuhan dari sakit.

Bukan Hanya Vitamin! Zat Besi Jadi Kunci Cegah Anemia pada Ibu Hamil dan Balita

Semakin banyak multivitamin yang dikonsumsi semakin baik
Faktanya, segala sesuatu yang berlebihan tidak baik termasuk multivitamin. Tubuh kamu butuh setiap nutrisi dalam jumlah tertentu. Mengonsumsi terlalu banyak vitamin apapun bisa menyebabkan keracunan di dalam tubuh.

Multivitamin tidak punya efek samping
Faktanya, terkadang multivitamin tidak bisa cocok satu sama lain. Ketika dua multivitamin berbeda dikonsumsi bersama, mereka bisa menghilangkan efek masing-masing dan pada beberapa kasus bahkan berefek buruk pada tubuh. Misalnya, kalsium dan zat besi ketika dikonsumsi bersama bisa menghalangi penyerapan zat besi di dalam tubuh.

Kemenkes dorong Produksi Obat dalam Negeri agar Tak Bergantung Produk Impor

Pada Rabu, 25 Agustus 2021, Ketua Umum Pengurus Pusat Apoteker Indonesia, apt Drs Nurul Falah Eddy Pariang, melantik Perhimpunan Farmasi Militer dan Perhimpunan Saintis Farmasi Indonesia. Nurul Falah mengatakan, Indonesia sedikit tertinggal dalam hal pengembangan Perhimpunan Farmasi Militer (PFM), mengingat negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah lebih dulu memilikinya.

"Setiap kali pertemuan FIP (The International Pharmaceuticl Federation), organisasi farmasi sedunia, selalu ada seksi farmasi militer, dan kedua negara tetangga kita selalu menghadirkan perwakilannya denganmenggunakan seragam militer lengkap. Alhamdulillah, kini Indonesia juga sudah memiliki Perhimpunan Farmasi Militer," ungkap Nurul Falah didepan sidang pleno Rakernas IAI 2021.

Hal senada disampaikan oleh Prof Dr apt Yahdiana Harahap, MSi, yang merupakan salah satu pelindung PFM. Yahdiana saat ini adalah Guru Besar Fakultas Farmasi UI dan juga Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pertahanan.

"FIP sudah memiliki seksi Farmasi Militer sejak tahun 1952, jadi kalau Indonesia baru memiliki sekarang, sebenarnya bisa dikatakan terlambat. Pendidikan Farmasi Militer sangat berbeda dibanding Pendidikan farmasi pada umumnya. Di farmasi militer ada kurikulum Pendidikan kemiliteran," terang Yahdiana.

Nurul Falah melantik Ketua Perhimpunan Farmasi  Militer Kolonel Kes Dr. Apt. Drs. Yuli Subiakto, MSi, Sekretaris Dr. Apt. Bantari Wisnu KW, M.Biomed, Bendahara apt Editha Romesten, MSc. Dewan Penasehat antara lain ReKtor Universitas Pertahanan, Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Kepala Puskes TNI, Kepala Puskes AD dan Dekan Fakultas Farmassi Militer Universitas Pertahanan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya