Heboh COVID-22, Ternyata Virusnya Tidak Benar-benar Nyata

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • Freepik/pikisuperstar

VIVA – Saat COVID-19 pertama kali dikenal publik di tahun 2019, pertanyaan yang ada di benak beberapa orang adalah darimana '19' berasal dan apa yang terjadi pada 'pengulangan' virus sebelumnya.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Kita semua akhirnya memahami bahwa virus tersebut mendapatkan nama itu dari tahun dia pertama kali muncul, yaitu 2019. Menurut WHO, nama virus didasarkan pada struktur genetik mereka dan memberikan mereka nama dapat membantu dalam membangun tes diagnostik, vaksin serta pengobatan.

Thomas Russo, MD, profesor dan kepala penyakit menular di University of Buffalo di New York, AS, mengatakan kepada laman Health bahwa COVID-19 sebenarnya adalah sebuah singkatan.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

"'Co' adalah coronavirus, 'VI' dari virus, dan 'D' adalah disease (penyakit). Lalu '-19' adalah tahun di mana virus pertama kali ditemukan," jelasnya dikutip laman World of Buzz.

Tapi, baru-baru ini istilah yang berseliweran di media sosial adalah 'COVID-22' hingga membuat banyak warganet keheranan. Meski begitu, apa yang harus dipahami oleh orang-orang adalah COVID-22 bukanlah hal nyata, atau kemungkinan pernah ada.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Asal muasal istilah 'COVID-22'

Menurut beberapa laporan, istilah itu pertama kali muncul dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada 22 Agustus oleh media Jerman, Blick. Artikel tersebut dibuat dari sebuah wawancara dengan profesor Swiss dan ahli imunologi Sai Reddy, yang memperingatkan bahwa varian baru COVID-19 bisa muncul di tahun 2022 yang berpotensi menyebabkan risiko sangat besar ke semua orang.

Dia juga merujuk pada varian Delta yang muncul di tahun ini dengan menyebutnya sebagai COVID-21 dan mengatakan bahwa varian Delta lebih menular. "Ini bukan lagi COVID-19. Aku akan menyebutnya COVID-21," ujar dia.

Reddy kemudian melanjutkan menggunakan istilah COVID-22 untuk menggambarkan kemungkinan varian di masa depan yang tidak bisa terelakkan.

"Itu akan menjadi masalah besar di tahun mendatang. COVID-22 bisa menjadi lebih buruk dibandingkan apa yang kita saksikan sekarang," kata dia.

Dia juga menambahkan, 'Ini adalah fase selanjutnya dari pandemi dimana Beta atau Gamma menjadi lebih menular atau Delta membangun mutasi pelarian. Itu akan menjadi masalah besar di tahun mendatang."

Benarkah akan ada COVID-22?

Dr William Schaffner, spesialis penyakit menular dan profesor di Vanderbilt University School of Medicine, mengatakan kepada Health, ini diragukan karena strain yang mirip tapi masih berbeda dari COVID-19 asli, diberi nama dari alfabet Yunani seperti Alpha, Beta, Delta dan Gamma.

"Jika ada varian baru muncul di 2022, kemungkinan besar akan disebut dengan huruf dari alfabet Yunani bukan COVID-22," jelasnya.

Untuk COVID-22 benar-benar muncul, virus itu butuh menjadi sangat berbeda dari COVID-19 asli dan masih sebagai virus corona.

"Mengatakan bahwa kita akan menghadapi COVID-22 yang sebenarnya, seperti mengantisipasi pada satu titik kita akan memiliki strain flu yang benar-benar berbeda," kata Dr Schaffner menambahkan.

"Ya, itu bisa terjadi, tapi kita tidak tahu kapan atau bagaimana itu akan benar-benar terjadi," lanjutnya.

Seorang pengguna Twitter mengatakan bahwa COVID-22 tidak ada dan kemungkinan besar tidak akan ada dan itu hanya opini seorang Profesor tak jelas di Swiss.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya