dr Zaidul Akbar: Maag Itu Bukan Karena Telat Makan
VIVA – Seringkali kita mendengar, para penderita maag yang mengeluh penyakitnya kambuh adalah karena telat makan. Anggapan tersebut dibantah oleh dokter sekaligus pendakwah, dr. Zaidul Akbar.
Menurut dia, penyebab penyakit maag atau kambuhnya penyakit lambung tersebut bukan karena telat makan. Lalu, apa penyebab sebenarnya dan bagaimana solusi agar penderita maag tidak tergantung pada obat-obatan kimia?
"Solusi pertama jangan stres. Maag itu bukan karena telat makan. Sebab persepsi itu sering banget di masyarakat, telat makan maag, gitu terus. Padahal, puasa telat enggak makan? Telat banget. Tapi ternyata sehat-sehat aja tuh," kata Zaidul Akbar dalam sebuah video yang diunggah di YoTtube Kacamata Dakwah, dikutip VIVA, Rabu, 25 Agustus 2021.
Zaidul Akbar menambahkan, salah satu obat untuk penyakit maag adalah air rendaman kurma. Atau alternatif lain, dokter yang kerap disapa ustaz itu menyarankan untuk rutin minum air jeruk nipis yang dicampur dengan madu.
"Rasa jeruk nipis memang asam, tapi sifatnya gak asam. Dia bersifat alkali, mengandung kalium, magnesium, segala macam. Itu obat paling mudahnya," kata dia.
Selain itu, Zaidul turut menyarankan untuk lebih banyak mengonsumsi rimpang-rimpangan.
"Atau kalau mau rimpang-rimpangannya banyak, bikin sup, supnya banyakin kayu manisnya. Kayu manis itu bisa dipakai untuk maag juga. Jahe juga bisa," terang dia.
Namun, beberapa orang meragukan apakah benar madu bisa dimanfaatkan untuk mengatasi maag? Karena madu itu sendiri merupakan karbohidrat kompleks.
"Kalau ada informasi dari Nabi atau dari Allah, yakin aja lah. Belum pernah ada saat ini ada orang kena penyakit apa pun yang berat-berat, misalkan kencing manis, orang kena sakit maag, gara-gara minum madu. Ada enggak? Enggak ada," tegasnya.
Penggagas buku Jurus Sehat Rasulullah itu menegaskan, saat ini banyak orang menderita penyakit diabetes, maag atau yang lain, justru karena konsumsi gula berlebihan dan bukan karena madu.
"Belum ada penyakit seperti ini gara-gara minum madu. Coba lihat literaturnya. Orang minum madu justru ada penelitiannya, enggak masalah," pungkasnya.
"Jadi, perkara madu karbohidrat kompleks, memang karbohidrat kompleks. Bisa enggak kita beri? Kalau saya memang menyarankan minum madu, karena memang ada dalilnya di situ. Kata siapa? Kata Allah dan Rasulullah. Mau percaya Allah sama Rasul atau percaya yang di luar sana?" kata Zaidul Akbar balik bertanya.