Selaput Dara Penentu Keperawanan Wanita? Ini Kata Ahli
- Pixabay/pexels
VIVA – Terkait virginitas atau keperawanan, tak sedikit mitos yang berkembang di masyarakat. Salah satu yang banyak dipercaya adalah, selaput dara dapat dijadikan penentu apakah seorang wanita masih perawan atau tidak.
Benarkah demikian? Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG, MPH, akan mengungkapkan fakta yang sebenarnya.
Prof. Budi menegaskan, selaput dara tidak bisa dijadikan penentu keperawanan seorang wanita. Ini berarti, pernyataan soal keperawanan perempuan bisa dilihat dari selaput dara, adalah mitos belaka.
"Selaput dara sering disalahartikan sebagai sebuah tanda yang sangat signifikan terhadap status seorang perempuan perawan atau tidak. Faktanya, selaput dara atau hymen berasal dari sinus urogenitalis," jelasnya dalam tayangan Hidup Sehat tvOne baru-baru ini.
Budi Wiweko menambahkan, seorang perempuan mengalami proses pubertas dan diferensiasi seksual. Saat itu terjadi, ada dua saluran yang bertemu, yaitu saluran muller yang menjadi rahim, saluran telur, kemudian sebagian vagina dan bersambung dengan saluran urogenital yang menjadi bagian akhir dari vagina.
"Di ujungnya ada selaput tipis yang disebut sebagai hymen. Dalam proses perkembangannya, ini nanti mengalami tiga proses yang besar, ada absorbsi, difusi, dua saluran itu bertemu dan bagian-bagian yang menutup menjadi hilang sehingga menjadi rahim yang bagus, vagina yang bagus, bersambung tidak ada sekat-sekatnya, dan diujungnya ada selaput tipis yang disebut sebagai hymen," terang dia.
Lalu, mengapa selaput dara tidak identik dengan keperawanan?
"Karena banyak sekali kalau ada kelainan-kelainan pada saat proses pembentukannya tidak mulus, nantinya ada sekat atau selaput daranya sangat tebal atau tidak berlubang. Itu mengakibatkan gangguan haid, perempuan bisa gak menstruasi, karena hymen-nya tersumbat. Jadi, ada yang seperti itu," kata dia.
"Pada kondisi ini bahkan selaput dara harus kita lubangi. Dokter yang sengaja melubangi selaput hymen supaya bisa kita betulin, menstruasinya keluar, kemudian direkonstruksi lagi. Jadi, tidak benar bahwa selaput dara itu adalah tanda dari keperawanan," tegas Prof. Budi Wiweko.