Seberapa Berbahaya Varian Delta pada Anak? Waspadai 7 Gejala Ini
- Freepik/senivpetro
VIVA – Melonjaknya kasus COVID-19 yang disebabkan merebaknya varian Delta membuat pemerintah di seluruh dunia serta lembaga kesehatan dunia mengeluarkan panduan baru.
Varian ini tak hanya berbahaya bagi orang dewasa, tapi juga anak-anak. Mengingat, anak-anak belum mendapat vaksin COVID-19. Mereka pun berisiko paling besar terkena virus, mengalami gejala dan menyebarkannya ke orang lain.
Dikutip dari laman Times of India, seperti orang dewasa, anak-anak juga rentan terhadap virus SARS-CoV-2. Selama gelombang kedua COVID-19, peningkatan angka positif tidak hanya terjadi pada kelompok dewasa, juga anak-anak.
Bahkan secara global, ada peningkatan jumlah anak-anak yang positif varian Delta. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), hampir 94.000 kasus COVID-19 anak dilaporkan dalam seminggu. Ini hanya mengindikasikan bahwa anak-anak juga rentan terhadap strain virus baru dan mutasi.
Gejala COVID-19 bervariasi dari ringan hingga sedang dan di beberapa kasus bisa memicu penyakit yang lebih parah.
Menurut Yale Medicine, gejala varian Delta bisa sedikit berbeda. Gejala seperti batuk dan kehilangan indera penciuman tidak begitu umum pada varian Delta, sementara sakit kepala, radang tenggorokan, hidung meler dan demam adalah gejala yang paling umum yang dilaporkan pada kasus varian Delta.
Selain itu, pada anak-anak, peningkatan angka kasus sindrom peradangan multisistem pada anak-anak (MIS-C) menjadi yang paling dikhawatirkan oleh orangtua di seluruh dunia.
Gejala tersebut meliputi:
- Sakit kepala
- Nyeri sendi
- Mual dan muntah
- Sakit perut
- Ruam
- Nyeri dada
- Kelelahan
Meski beberapa negara sudah menyetujui vaksin untuk anak-anak, di Indonesia masih belum berjalan. Itu artinya, satu-satunya cara melindungi anak dari varian Delta adalah dengan mematuhi protokol kesehatan.
Memakai masker, mencuci tangan, tetap berada di rumah dan menjaga jarak adalah hal yang paling penting. Di masa-masa kritis ini, penting juga untuk memastikan Anda menjaga kesehatan mental anak. Kecemasan karena COVID-19 nyata terjadi pada dewasa maupun anak-anak.