Ramai Dijual Online, Amankah Swab Antigen COVID-19 Mandiri?

Ilustrasi swab test/PCR/Antigen.
Sumber :
  • Pixabay/neelam279

VIVA – Sejak beberapa waktu belakangan, tes usap atau swab antigen sebagai pendeteksi COVID-19 ramai dijual secara bebas di e-commerce.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Hal ini menjadi perhatian banyak pakar, termasuk Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban yang menyebut risiko kesalahan deteksi dari pemakaian mandiri.

Menurutnya, hasil dari tes usap atau swab antigen memang cukup cepat. Tapi, yang menjadi perhatiannya adalah alat tes ini sudah terlampau bebas dijual dan digunakan secara mandiri, dengan risiko menghasilkan false negative.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

"Yang utama adalah saya tidak menganjurkan Anda melakukan tes swab antigen mandiri. Betul hasilnya cepat dan tidak perlu antre. Harganya juga terjangkau dibandingkan di fasilitas kesehatan. Tapi bagaimana dengan tingkat akurasinya? Bagaimana kalau pengambilan sampelnya salah?," jelasnya, dalam cuitan di akun twitter @profzubairi, Kamis 12 Agustus 2021.

Kedekatan Trump dan Putin Bocor, Sering Teleponan hingga Kirim Alat Tes COVID-19

Sebab, Prof Zubairi menjelaskan bahwa memasukkan cotton bud panjang ke hidung hingga tiba di nasofaring adalah bukan perkara mudah. Di sini akan ada kemungkinan jika dilakukan mandiri itu hanya sampai rongga hidung saja dan yang terambil itu adalah air liur, bukan lendir. 

"Pemeriksaan sampel air liur ini tentu lebih sulit dalam mendeteksi virus dan cenderung menunjukkan hasil negatif," tuturnya.

Sebaliknya, jika tes usap mandiri itu menunjukkan hasil positif, akan cukup berbahaya bagi pasien. Persoalannya kalau hasilnya itu positif, lanjut Prod Zubairi, orang tersebut tidak bisa menentukan sendiri bahwa dia cukup isolasi mandiri begitu saja.

"Ya belum tentu benar. Beberapa orang yang positif kan memerlukan perawatan yang intensif di rumah sakit. Seperti diinfus, dapat suntikan Heparin, tambah oksigen, obat-obat Dexamethasone, Remdesivir, Favipiravir, dll. Kalau orang itu seharusnya perlu tindakan-tindakan medis tadi, kemudian tidak mendapatkannya, ya akan berbahaya untuk jiwanya," kata Prof Zubairi.

Berbeda jika pemakaian alat tes usap tadi dipandu dan dimonitor oleh profesional. Misalnya melalui video call, Zoom atau apapun yang bisa memberi tahu orang itu benar atau salah dalam pemakaiannya. Kalau diketahui positif, seharusnya berlanjut dengan konseling. 

"Penting untuk dicatat, tes antigen hanya screening awal. Hasilnya harus tetap dikonfirmasi dengan tes usap PCR. Yang juga penting adalah, Anda harus melapor ke petugas puskesmas jika hasil tes antigen Anda positif--demi kepentingan pendataan dan memutus mata rantai Covid-19," ujarnya.

Virus Corona atau Covid-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Indonesia once faced the challenges of the Covid-19 pandemic. As part of an effort to provide early prevention it, can be done by an app.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024