Dokter: COVID-19 Sudah Negatif Belum Tentu Aman Selamanya

Ilustrasi termometer/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/xb100

VIVA – Kasus pasien sembuh dari COVID-19 sudah mencapai angka 2,8 juta jiwa. Meski sebagian besar merasa 'aman' lantaran menganggap tubuhnya sudah kembali bugar, kenyataannya tak sedemikian mudah.

Lagi Tren Fisioterapi ke Rumah untuk Pasien Pemulihan Stroke, Seberapa Efektif?

SARS-CoV-2 pada awalnya hanya dianggap sebagai virus yang menyerang sistem pernapasan tubuh. Pandemi yang nyaris berjalan selama dua tahun, menunjukkan bahwa virus asal Wuhan itu bermutasi dan tak sekadar menginfeksi organ-organ pernapasan.

Hal tersebut diungkap oleh dokter spesialis penyakit dalam, Dr.dr Irsan Hasan SpPD, K.GEH, bahwa para pakar dulu mengira COVID-19 sama seperti penyakit flu biasa. Namun, COVID-19 kini telah bermutasi dan menjadi penyakit sistemik.

Inilah 7 Makanan Penurun Kolesterol yang Baik untuk Dikonsumsi

"Dulu dipikir hanya penyakit paru. Tapi sekarang sudah jadi penyakit sistemik," ujar Irsan, dalam acara Hidup Sehat tvOne, Senin 3 Agustus 2021.

Lebih dalam, Irsan menyebut bahwa penyakit sistemik berarti bahwa virus tersebut sudah menyerang berbagai organ yang dibuktikan dengan beragamnya gejala pada pasien COVID-19. Terlebih, gejala tersebut tak berhenti hanya saat pasien dinyatakan negatif.

Tanpa Obat-obatan, Zaidul Akbar Ungkap Cara Agar Terhindar dari Stroke dan Penyakit Jantung

"Seringkali saat PCR negatif, proses sistemik masih berjalan seperti penggumpalan darah. Bisa saja virus negatif tapi proses penggumpalan darah belum selesai," jelasnya.

Bahaya dari penggumpalan darah tersebut, apabila 'tersangkut' di pembuluh darah otak atau jantung, bisa berakibat fatal seperti stroke hingga serangan jantung. "Makanya belum tentu COVID-19 negatif, aman selamanya," terangnya.

Untuk itu, Irsan menganjurkan agar masyarakat yang memiliki komorbid harus berhati-hati dan tetap dalam pantauan. Sebab, penyakit fatal berkaitan dengan organ vital bisa saja mengintai meski telah sembuh COVID-19.

"Jangan terlena setelah negatif. Lanjutkan dulu obat-obat terapi dan jangan di stop segera," pesannya.

Ilustrasi sakit pinggang.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Faktor obesitas atau berat badan dan bertambahnya usia, juga bisa meningkatkan risiko terjadinya saraf kejepit. Hal lainnya adanya cedera lama dan mengangkat beban berat.

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024