Pakar Ungkap Cara Kerja Vaksin Dalam Tubuh

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Freepik/wirestock

VIVA – Semua orang tahu bahwa vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Namun, tahukah Kamu cara kerja vaksin dalam tubuh kita?

Angka Pneumonia Anak Masih Tinggi, Inilah Jadwal Imunisasi Terbaru dari IDAI untuk Vaksin PCV

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. DR. Dr. Budi Wiweko, SpOG (K), pada prinsipnya, setiap sel di dalam tubuh memiliki 'identitas atau KTP' yang membuatnya mampu dikenali oleh sel imun sebagai kawan, bukan lawan.

Meski begitu, ada kalanya sel-sel tersebut memiliki masalah dengan 'KTP-nya', sehingga menjadi tidak dikenali sel imun. Tentu saja, hal itu imun akan menyerang sel tubuh sendiri. Inilah yang dikenal sebagai penyakit auto imun.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Lalu, bagaimana reaksi sel imun bila ada sel asing masuk ke dalam tubuh? Jawabannya, bisa dalam bentuk infeksi bakteri atau pun virus.  

Pada dasarnya, kata Prof Budi, sejak dibentuk, sel imun sudah 'disekolahin di kelenjar Timus' agar ia mampu mengenali musuhnya dengan baik dan tidak menyerang kawan-nya sendiri.

Bio Farma Raih Kontrak Ekspor Vaksin Rp 1,4 Triliun, Erick Thohir Dorong Produksi

"Bila ada bakteri atau virus masuk, maka tubuh akan menyusun kekuatan dengan mengerahkan sel-sel imunnya dari berbagai lapisan.  Ada lapisan pertama, kedua dan ketiga sebagai benteng terakhir. Demikian Allah SWT menciptakannya dengan sangat sempurna," ujar Prof Budi yang juga merupakan Wakil Direktur IMERI-FKUI itu, dalam keterangannya yang diterima VIVA, Selasa, 20 Juli 2021.

Nah, pasukan sel imun lapisan pertama yang paling mudah kita kenal misalnya adalah kulit. Kulit itu diatur kelembabannya dan banyak sel imun di bawah jaringan kulit yang menjadi barisan pertama pertahanan tubuh.

Jika barisan pertama tak mampu mengusir musuh, maka akan dilepaskan sel-sel perantara yang akan memanggil bala bantuan dan melepaskan berbagai zat untuk menghancurkan musuh. Sel-sel ini dikenal dengan sebutan sitokin.

Infeksi yang tidak berat pada umumnya bisa diselesaikan di level pertama, tetapi untuk infeksi virus (yang sifatnya di dalam sel), dia membutuhkan bala bantuan yang lebih besar untuk menghancurkan virus sekaligus sel yang diinfeksinya.

Jadi, apakah infeksi virus bisa sembuh sendiri? Tidak selalu.  

Hal ini tergantung dari derajat infeksi. Jenis dan jumlah virus yang menginfeksi serta tingkat ketangguhan sel imun juga akan menentukan respons orang terhadap infeksi virus.

"Infeksi virus HIV misalnya, merupakan infeksi virus yang sangat berbahaya, karena virus HIV akan merusak sel imun tubuh manusia sehingga pertahanan tubuh menjadi lumpuh total. Bisa dibayangkan seorang penderita AIDS bisa wafat hanya karena terinfeksi tuberkulosis. Hal ini karena pasien AIDS telah kehilangan 100 persen daya tahan  tubuhnya," ucap Prof. Budi.

Infeksi virus lain yang bisa kita lihat misalnya infeksi virus human papilloma virus (HPV) sebagai penyebab kanker mulut rahim. Virus HPV akan mengelabui sel imun yang ada di mulut rahim perempuan. Dengan 'menggunakan KTP palsu,' virus HPV akan terus merusak mulut rahim sehingga bisa menjadi kanker tanpa sel imun tubuh perempuan itu menyadarinya.

Lantas, apa yang terjadi bila seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2 atau virus corona?

Prinsipnya sama, sel imun orang yang terinfeksi akan segera bereaksi dan memanggil pasukannya untuk membunuh virus tersebut. Sebagian besar akan sukses dan berhasil sehingga tidak bergejala atau hanya bergejala ringan saja.  

Sebagian kecil tidak berhasil karena virus ini berhasil mengecoh sel imun orang yang terinfeksi sehingga jatuh dalam kondisi berat.

Pada kondisi berat, virus terus merusak sel yang diserangnya, terutama adalah sel paru-paru sehingga mengakibatkan orang kehabisan oksigen. Respons sel perantara yang berlebihan (padahal bertujuan memanggil bala bantuan) ternyata tidak sepenuhnya berhasil.

Reaksi ini disebut sebagai 'badai sitokin' yang justru bisa merusak semua organ tubuh manusia.

"Oleh karena itu, upaya kita dalam menghadapi pasien yang terinfeksi COVID-19 adalah berupaya mencegah agar penyakit tidak jatuh dalam kondisi berat. Berbagai suplemen vitamin, mikro nutrien dan zinc diberikan untuk bisa mengaktifkan sel imun kita agar jangan dibohongin oleh SARS-CoV-2," katanya menjelaskan.

"Pada kasus derajat sedang, pemberian anti virus dilakukan untuk mencegah supaya virus ini tidak terus membelah dan memperbanyak dirinya di dalam tubuh," tambah Prof Budi.

Tindakan terbaik tentunya adalah menghindari dan mencegah terjadinya infeksi SARS-CoV-2 dengan melakukan protokol kesehatan yang ketat dan juga vaksinasi.

Kata Prof Budi, vaksinasi merupakan bagian dari upaya manusia 'nyekolahin sel imun', sehingga lebih mengenal musuhnya dan dengan cepat dapat menghancurkan virus sebelum sempat memperbanyak dirinya.

Cara vaksin bekerja adalah dengan memasukkan sedikit sel asing yang memiliki 'KTP musuh' ke dalam tubuh sehingga sel imun kita akan cepat mengenali dan mengidentifikasi.

Biasanya pada dosis pertama, sel imun kita baru menjalani penjajakan terhadap musuh. Baru pada dosis kedua dan seterusnya, sel imun kita lebih mengenali calon musuhnya, sehingga cepat memproduksi dan mengerahkan bala bantuan untuk menghancurkan musuh.

"Know your enemy better. Kira-kira begitulah vaksinasi akan membantu kita mencegah terjadinya infeksi yang belum ada obatnya," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya