Kiat Cegah Depresi Kehilangan Sosok Tersayang Akibat COVID-19
- dw
VIVA – Peningkatan kasus tak lagi dianggap angka semata, terlebih dengan ratusan kematian per harinya. Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bekerjasama dalam penanganan COVID-19, terutama dalam penerapan protokol kesehatan.
Stres, cemas, takut rasanya terus menghantui terlebih dengan lonjakan kasus COVID-19 yang meningkat secara signifikan selama beberapa waktu belakangan. Apalagi, saat harus kehilangan anggota keluarga tersayang yang terenggut akibat penyakit menular tersebut.
"Stressornya 100 itu. Jadi itu stressor paling besar saat kehilangan orang yang dicintai. Sehingga responsnya pertama menolak menerima kenyataan. Lalu, marah seperti menyebut 'Kok Tuhan tega'," jelas Psikolog Isdar Andre Marwan, S.Psi, dalam program acara Hidup Sehat tvOne.
Depresi pun tak terbantahkan akibat kehilangan orang yang disayang. Dijelaskan Isdar, tak ada yang mampu menahan kesedihan saat harus kehilangan sehingga sangat disarankan menyalurkan kesedihannya.
"Nangis aja sejadi-jadinya, nggak apa-apa. Kuncinya saat kehilangan adalah gimana caranya agar perasaan tidak ditahan-tahan," ungkap Isdar.
Akan lebih baik, kata Isdar, untuk meluapkannya saat sedih tanpa harus memupuk dan menahan kesedihan itu. "Mengulur waktu nanti emosinya menumpuk," terangnya.
Untuk itu, Isdar menyarankan agar tak menolak perasaan sedih itu. Namun tak berlama-lama dalam kubangan kesedihan. Setelah mengenali rasa sedih, Anda dianjurkan mencoba menenangkan pikiran dengan hal yang disukai.
"Berbicara dengan teman atau keluarga yang supportif. Itu bentuk terapi juga," katanya.
Dengan menerima kenyataan dan mencoba mengenali perasaan sendiri, akan makin mudah untuk terlepas dari situasi yang berat tersebut. Selanjutnya, Anda bisa mulai bergegas dengan tujuan lain agar hidup semakin fokus pada hal baru.
"Kita kalau dalam hadapi situasi sulit, accept changenya. Terima perubahan itu. Jangan dilawan. Sebaiknya pro aktif, bersikap rasional, dan tentukan tujuan kita apa," imbuhnya.