Perkuat Tracing COVID-19, Tes Antigen Nasal Kini Lebih Nyaman
- VIVA/ Fajar Sodiq
VIVA – Menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang kian meningkat, Kementerian Kesehatan akan memperkuat pelaksanaan 3T yakni Testing, Tracing dan Treatment terutama di daerah yang tingkat penularan kasusnya tinggi.
“Kita akan meningkatkan testing dan tracing kita, 3 sampai 4 kali lipat dari yang ada sekarang, seperti di negara-negara lain yang sedang naik tinggi kasusnya,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, baru-baru ini.
Diungkapkan Menkes, saat ini kapasitas testing harian di Indonesia sekitar 100 ribu kasus per hari, dengan target ini maka capaian testing per hari bisa mencapai 400 ribu kasus. Untuk mencapai target tersebut, setiap kabupaten/kota telah ditetapkan target harian yang harus dikejar, ini sesuai dengan guidance WHO.
Menkes menegaskan bahwa penguatan testing akan diprioritaskan untuk mempercepat penemuan kasus suspek dan kontak erat dari kasus terkonfirmasi, bukan digunakan untuk skrining maupun syarat perjalanan.
“Prioritas testing kita perbaiki, testing ini untuk kepentingan epidemologi bukan untuk testing skrining, jadi benar-benar kita kejar suspek dan kontak eratnya,” katanya lagi.
Untuk keperluan pelacakan, pemerintah daerah boleh menggunakan pemeriksaan Swab PCR maupun RDT Antigen. RDT Antigen diutamakan bagi daerah yang alat diagnosisnya terbatas, sehingga hasilnya bisa diketahui lebih cepat dan tes dapat dilakukan secara masif sehingga dapat mempercepat tracing.
“Target kita hasil testing harus keluar dalam waktu 24 jam, kalau PCR tidak bisa keluar 24 kita pakai Rapid Antigen,” tuturnya.
Hal senada diungkap Direktur Human Resources Unilever Indonesia, Willy Saelan, bahwa rapid test antigen yang diselenggarakan secara rutin setiap pekan di seluruh lokasi kerja Unilever menggunakan antigen nasofaring. Metode ini mendapatkan banyak penolakan dari karyawan karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Willy menyebut kini pihaknya telah mengganti dengan penggunaan alat tes Panbio antigen nasal dari Abbott karena tekniknya yang simple dan tidak menimbulkan rasa sakit. Hal tersebut berhasil meningkatkan partisipasi proaktif antigen testing ribuan karyawan Unilever Indonesia, sehingga tujuan untuk menghentikan penyebaran virus COVID-19 di lingkungan kerja tercapai.
“Sejak kami ganti menggunakan nasal testing dengan tools yang disediakan Abbott, prosentase karyawan yang mau melakukan tes antigen sangat meningkat," ujar Willy, dalam keterangan persnya.
Ditambahkan dokter dari Klinik Presiden, Cikarang, dr. Bunga Tarmizi, penggunaan alat tes Abbott Panbio nasal antigen tidak menimbulkan rasa sakit karena pengambilan sampel hanya sedalam 2cm dari ujung lubang hidung. Menurutnya, akurasi tinggi serta kenyamanan karyawan menjadi kunci 100 persen kontribusi karyawan dalam pelaksanaan tes rapid.
Hasil studi klinis yang diadakan Abbott terhadap 585 sampel menunjukkan bahwa uji Panbio COVID-19 Ag memiliki sensitivitas (kecocokan positif) sebesar 98,1% dan spesifisitas (kecocokan negatif) 99,8% pada orang yang diduga terpapar COVID-19 atau mengalami gejala-gejala akibat virus tersebut dalam tujuh hari terakhir.
"Dengan alat tes Panbio nasal dari Abbott yang sekarang, 100 persen karyawan Unilever selalu terskrining. Apalagi akurasinya juga tinggi, tidak kalah dibandingkan alat nasofaring yang sebelumnya,” kata dokter Bunga.