Ini yang Dikhawatirkan Para Ahli dari COVID-19 Varian Delta
- pixabay
VIVA – Varian Delta virus corona kini telah ditemukan di lebih dari 80 negara sejak pertama kali terdeteksi di India. Menurut data dari Public Health England, varian tersebut bahkan bertanggung jawab atas lebih dari 90 persen dari semua kasus baru di Inggris.
Sementara di Amerika Serikat, varian ini diyakini bertanggung jawab atas sekitar 25 persen dari semua kasus baru COVID-19 di sana. Bahkan persentase tersebut terus bertambah pesat.
Di Amerika Serikat, varian Delta telah memengaruhi sebagian besar orang yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 atau baru mendapat suntikan vaksin dosis pertama.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS, hampir 70 persen populasi di sana yang berusia lebih dari 65 tahun telah divaksin. Untuk itu, karena orangtua bahkan yang memiliki komorbid sudah divaksin, varian Delta menyebar pada orang-orang yang berusia 20-40an, mereka yang belum divaksin atau yang baru mendapat suntikan vaksin dosis pertama.
"Ini sangat menular. Mengingat sangat menular, ingatlah, satu-satunya tugas virus adalah menginfeksi orang lain sehingga dapat terus bereproduksi. Di sini, di Nashville, pada dasarnya 90 persen orang yang dirawat di rumah sakit belum divaksin atau belum mendapat vaksinasi lengkap," kata Dr. William Schaffner, profesor kedokteran pencegahan dan kebijakan kesehatan, Divisi Penyakit Menular, Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt di Tennessee, AS, dilansir Healthline, Selasa 6 Juli 2021.
Pada akhir Juni 2021, pejabat kesehatan India mengumumkan varian terbaru COVID-19, yaitu Delta Plus. Pada 24 Juni 2021 lalu, ada sekitar 40 kasus infeksi Delta Plus. Pihak berwenang di India meminta masyarakat untuk waspada mengingat varian Delta yang sangat menular.
Namun, mereka mengatakan mutasinya tidak cukup besar dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara varian Delta dengan Delta Plus.
"Banyak mutasi tidak memiliki efek penting pada virus atau hanya efek sederhana. Jadi tampaknya varian Delta Plus ini menarik bagi ahli virologi, tetapi tanpa implikasi kesehatan langsung yang substansial karena tidak tampak lebih menular atau lebih parah daripada Delta itu sendiri," kata Schaffner.
Tapi, hal yang mengkhawatirkan dari varian Delta dan Delta Plus adalah selain tingkat penularannya yang meningkat, keduanya dapat meningkatkan pasien pada risiko mengembangkan masalah kesehatan jangka panjang. Meksipun masih dibutuhkan lebih banyak data.
"Pertanyaannya bukan hanya lebih menular, tetapi mungkin menghasilkan penyakit yang lebih parah? Apakah Anda lebih mungkin mengalami infeksi parah? Datanya kurang pasti, tetapi ada beberapa yang mengatakan demikian," kata Schaffner.