Pandemi COVID-19 Menguak Fakta Sektor Kesehatan RI Harus Dibenahi
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Pandemi COVID-19 mengungkapkan fakta bahwa banyak hal yang harus dibenahi di sektor kesehatan Indonesia. Salah satunya masih tingginya impor bahan baku obat yang mencapai 95 persen dan alat kesehatan sebesar 94 persen, serta minimnya tenaga ahli di bidang kesehatan.
Indonesia harus bisa bangkit dari pandemi COVID-19 melalui sinergi melahirkan inovasi untuk bangsa, agar sektor kesehatan dapat berdaulat untuk kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini, Indonesia memerlukan saintis-saintis yang mampu mengupayakan terobosan. Dexa Award Science Scholarship, menjadi komitmen Dexa Group untuk mencetak saintis di sektor kesehatan.
“Dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang inovatif, Dexa Group juga hadir dengan menyediakan program Dexa Award Science Scholarship atau DASS. Program ini diarahkan untuk mencetak kader-kader ilmuwan Indonesia di masa depan yang mampu menggerakkan dan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan menghasilkan produk dalam bidang farmasi dan kesehatan. Di tahun penyelenggaraan yang ke-4, DASS berhasil menarik minat ribuan generasi muda Indonesia yang ingin berkontribusi dan memajukan bangsanya,” tutur Pimpinan Dexa Group, Ferry Soetikno, dalam sambutan pembukaan Virtual Ceremony Dexa Award Science Scholarship (DASS) 2021 yang ditayangkan di channel YouTube Dexan TV.
Bapak Ferry kemudian menuturkan riset dan inovasi yang terus dilakukan Dexa Group melalui Dexa Laboratories Biomolecular Sciences (DLBS) untuk menghasilkan bahan baku obat dari bahan alam Indonesia yang selanjutnya dikembangkan menjadi obat-obatan dari bahan alam Indonesia pada kategori
Obat Herbal Terstandar (OHT), bahkan Fitofarmaka yang kini disebut sebagai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Hal ini sejalan dengan program pemerintah Indonesia untuk membangun kemandirian bangsa di dalam menyediakan bahan baku obat produksi dalam negeri.
Selama 52 tahun perjalanan Dexa Group, berbagai upaya penelitian dan pengembangan obat jadi telah dilakukan sesuai kebutuhan pasien. Dexa Group juga terlibat secara aktif menghadirkan berbagai macam obat-obatan bagi penderita COVID-19 seperti Chloroquine, Hydroxychloroquine, dan Azithromycin, serta
memastikan sistem distribusi yang dapat menjangkau setiap pasien.
“Begitu banyak peluang dan tantangan yang terbentang di hadapan kita semua. Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada setiap peserta DASS 2021. Saya sampaikan ucapan selamat kepada para finalis dan juga terutama para pemenang, tetaplah bersemangat dan berusaha lebih giat lagi untuk menghasilkan karya-karya gemilang di masa depan,” pungkas Ferry.
Sebanyak 1.197 saintis muda mendaftar untuk mendapatkan beasiswa DASS 2021. Proposal penelitian hingga babak penjurian diseleksi ketat oleh saintis-saintis terbaik Indonesia yakni; Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik PT Dexa Medica Dr Raymond Tjandrawinata selaku Ketua Dewan Juri, Guru Besar Farmasi Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Apt. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc.Eng., Apt, Guru Besar Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., Guru Besar Farmasi Universitas Sanata Dharma Prof. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., dan Guru Besar Farmasi Universitas Indonesia Prof. Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt.
Setelah proses penjurian, terpilih 3 pemenang yang mendapatkan beasiswa pendidikan S2 dan juga penelitian. Pemenang program beasiswa DASS 2021 adalah Jenifer Kiem Aviani alumni Institut Teknologi Bandung, Ni Putu Eka Krisnayanti alumni dari Universitas Udayana, dan Ahmad Ikhsanudin alumni dari Universitas Lampung.
Dalam acara tersebut, Dexa Group juga menyediakan donasi 25.000 kapsul obat-obatan yang bermanfaat untuk menjaga imunitas masyarakat terdampak Covid-19. Donasi ini disalurkan melalui Yayasan Tunas Bakti Nusantara dan Rumah Harapan Indonesia.
Dukungan Pemerintah Terhadap DASS
Dalam sambutannya, Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn.) Moeldoko menyampaikan apresiasi kepada Dexa Group atas terselenggaranya Dexa Award Science Scholarship.
Moeldoko juga menyampaikan pesan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bahwa kita harus memanfaatkan peluang dari pandemi COVID-19 melalui inovasi.
“Saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Dexa Group yang telah belasan tahun konsisten memberikan beasiswa kepada lebih dari 3.000 mahasiswa, luar biasa. Saya berharap akan semakin banyak juga industri lainnya yang terdorong dan termotivasi untuk mengikuti langkah mulia yang dilakukan oleh Dexa Group, juga (apresiasi) kepada para inovator yang memenangkan kompetisi ini dan angkat topi atas usaha kalian,” ungkap Moeldoko.
Mantan Panglima TNI tersebut menegaskan bahwa langkah inovasi tidak boleh terhenti. Senada dengan Moeldoko, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto juga mendukung program pemberian beasiswa DASS.
“Semoga melalui program ini banyak terlahir sumber daya tenaga kesehatan yang profesional, berkompetensi tinggi dan dapat terus berkontribusi pada dunia kesehatan. Saya berharap acara ini akan mendorong terciptanya inovasi-inovasi. Dan beasiswa ini dapat digunakan agar sumber daya manusia dapat memanfaatkan pendidikan dan juga kami berharap bahwa dengan bergotong-royong, pandemi ini dapat segera dikendalikan dan memulihkan perekonomian nasional,” ujar Airlangga.
Mantan Menteri Perindustrian ini juga mengapresiasi peran Dexa Group yang turut berkontribusi dalam penanganan COVID-19 seperti pemberian bantuan obat-obatan yang telah dilakukan sejak April 2020.
“Pandemi COVID-19 yang melanda kita saat ini mengingatkan akan krusialnya peran sektor farmasi dan pelayanan kesehatan, terutama di sisi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah berusaha untuk terus mendukung berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan,” kata Airlangga.
Kepala Badan POM RI Ibu Penny K. Lukito menyampaikan komitmen Dexa Group menggelar beasiswa S2 dan penelitian ini, berarti berkontribusi memperkuat sinergi pentahelix dalam penelitian dan pengembangan industri farmasi Indonesia antara lembaga pendidikan, penelitian, industri farmasi yang melakukan hilirisasi penelitian, pemerintah sebagai regulator dan fasilitator, serta masyarakat sebagai konsumen produk akhir, serta media yang selalu mendukung komunikasi dan edukasi kepada masyarakat secara umum.
“Riset dan inovasi kesehatan harus ditopang dengan sumber daya manusia yang kuat dan kompeten karenanya BPOM sangat mendukung dan menyambut baik program Dexa Award Science Scholarship yang difokuskan pada pendidikan dan penelitian di kesehatan termasuk obat dan juga obat herbal,” terang Penny.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Prof. Nizam kemudian menyampaikan mengenai pentingnya pengembangan inovasi di bidang farmasi dan kesehatan. Saat ini, kata Bapak Nizam, lebih dari 90 persen obat-obatan dan bahan baku obat masih diimpor. Dengan demikian, Indonesia membutuhkan lebih banyak peneliti di bidang farmasi.
“Program beasiswa ini agar melahirkan inovasi yang berguna bagi pengembangan obat-obatan dan bermanfaat bagi industri obat-obatan di tanah air,” kata Nizam.