Ahli Bantah Ivermectin Punya Efek Samping Bila Diminum Tiap Hari
- ANTARA
VIVA – Ivermectin yang diklaim ampuh untuk mengobati pasien COVID-19 telah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk dilakukan uji klinik sebagai obat terapi COVID-19.
Rencananya, uji klinik akan dilakukan di 8 rumah sakit di Indonesia, diantaranya, RS Persahabatan, RS Sulianto Saroso, RSPAD Gatot Subroto hingga RSDC Wisma Atlet. Periode uji klinik dilaksanakan selama 3 bulan dengan 28 hari masa pengamatan setelah diberikan Ivermectin selama 5 hari.
Frontline COVID-19 sekaligus Chief Medical Officer Critical Care Alliance (FLCCC), Dr. Pierre Kory, mengklaim, Ivermectin sudah dikenal aman di dunia obat-obatan, sehingga aman dikonsumsi.
"Sebagai contoh dosis yang dipakai di Zimbabwe, pada angka 0,2 dianggap kurang efektif, mereka meningkatkan menjadi 0,4. Dan sekarang, dipakai 0,6 dan itu dianggap efektif dan masih tetap aman," ujarnya saat Press Conference Kisah Sukses Ivermectin di Berbagai Negara, yang digelar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Harsen Laboratories secara virtual, Senin 28 Juni 2021.
Kory membantah, konsumsi Ivermectin setiap hari dapat menimbulkan efek samping. Menurut dia, meski diminum setiap hari, obat yang awalnya digunakan untuk mengobati cacingan ini tetap aman.
"Komentar negatif terhadap pemakaian obat ini secara hari-hari sangat tidak relevan. Karena Kementerian Kesehatan di Argentina telah mengumumkan di surat kabar bahwa 3000 pasien yang diberi dosis 0,6 mg/berat badan dalam kilogram, dikonsumsi setiap hari dan tidak ada efek samping yang dirasakan oleh pasien yang mengonsumsi Ivermectin," kata dia.
Bahkan, Kory mengklaim mutu dari Ivermectin hampir setara dengan vaksin COVID-19.
"Di tempat-tempat yang vaksin belum tersedia, hasil dari pengguna Ivermectin ini hampir sama dengan vaksinasi," tuturnya.
"Seperti di Meksiko mulai dari bulan Desember 2020, bisa dilihat di mana rumah sakit penuh akan pasien-pasien COVID-19. Dan bulan Maret (2021) setelah mengonsumsi Ivermectin, sudah melihat penurunan yang cukup drastis dengan tingkat penularan yang hanya di angka 5 persen," sambung dia.
Namun, Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Ivermectin Indonesia, dr Budhi Antariksa, Ph.D., Sp.P(K), mengingatkan, pemberian Ivermectin bukan sebagai obat tunggal, melainkan hanya tambahan.
"Kami tidak hanya memberikan Ivermectin, karena sampai saat ini masih menganggap bahwa Ivermectin adalah obat yang ditambahkan pada standard of care dari obat yang standar. Jadi bisa saja nanti diberikan juga antivirus atau obat antiinflamasi, multivitamin, dan obat-obat lain yang menambah daya tahan tubuh," ujar dr. Budhi Antariksa.