Ratusan Nakes Positif COVID-19, Efektivitas Vaksin Sinovac Disorot
- vstory
VIVA – Kekhawatiran atas efektivitas vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China terus meningkat. Dalam laporannya, Forbes menyoroti Indonesia yang melaporkan ratusan kasus konfirmasi COVID-19 di kalangan profesional medis yang menggunakan vaksin tersebut.
Dalam laman Forbes, tercatat ada lebih dari 350 dokter dan profesional medis telah tertular COVID-19 di Indonesia meskipun sebagian besar petugas kesehatan telah diimunisasi dengan Sinovac. Selama beberapa waktu, efektivitas vaksin Sinovac tak diragukan.
Varian Delta dan Vaksin Sinovac
Sayangnya, kini lonjakan kasus COVID-19 kian mengkhawatirkan dengan penuhnya pasien yang masuk ke RS Wisma Atlet. Para ahli terkemuka, lanjut Forbes, mempertanyakan efektivitas vaksin asal China, terutama terhadap penularan varian Delta di Indonesia.
Terlebih, negara Kosta Rika, di tengah Pandemi COVID-19 yang parah, menolak pengiriman vaksin Sinovac setelah pejabat kesehatan, memeriksa data klinis, memutuskan itu tidak cukup efektif.
Insiden-insiden ini menambah kekhawatiran yang berkembang seputar kemanjuran vaksin buatan China ketika wabah dari SARS-CoV-2 itu melanda beberapa negara yang paling banyak divaksinasi.
Banyak di antaranya sangat bergantung pada vaksin Sinopharm dan Sinovac andalan China. Sementara kedua vaksin telah diberikan izin otorisasi darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Kemanjuran 51 persen Sinovac hanya melebihi ambang batas kemanjuran WHO 50 persen untuk vaksin COVID-19 dan kurangnya data klinis publik untuk mendukung klaim produsen yang sering tidak konsisten menghambat penerimaan publik dari vaksin.
Tanpa data yang tersedia, efektivitas Sinovac terhadap varian COVID-19 baru tidak diketahui. Apa yang diketahui dari vaksin lain terhadap varian Delta adalah penurunan perlindungan yang nyata dengan hanya satu dosis dan penurunan yang lebih terbatas setelah diimunisasi penuh.
Kondisi Nakes di Kudus Mulai Pulih
Menanggapi sorotan tersebut, Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa kondisi tenaga kesehatan (nakes) di Kudus, Jawa Tengah, yang sempat terpapar COVID-19 akibat menangani pasien di fasilitas pelayanan kesehatan kini telah berangsur pulih.
Hingga 12 Juni 2021, 308 nakes terkonfirmasi positif COVID-19, 277 tenaga kesehatan dalam perawatan isolasi mandiri, dan 193 lainnya sudah dinyatakan sembuh.
“Namun, hari ini 17 Juni 2021, 90 persen nakes yang isolasi mandiri sudah bisa mulai masuk kerja dan kembali melayani masyarakat. Ini sebuah berita yang menggembirakan. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa vaksin yang diberikan kepada mereka benar-benar efektif melindungi dari kondisi terburuk,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo, dalam keterangan pers Kemenkes RI.
Jumlah tenaga kesehatan di Kudus sendiri saat ini mencapai kurang lebih 6000 nakes. Dengan perlindungan yang diberikan melalui program vaksinasi bagi nakes yang dimulai periode Januari-Maret 2021 lalu, nakes di Kudus tidak terlalu banyak terpapar COVID-19.
“Hampir 100% nakes di Kudus yang berjumlah sekitar 6000 orang telah menerima vaksinasi dosis satu dan dua. Dari jumlah tersebut, hanya 308 nakes yang terpapar atau sekitar 5,13% dari jumlah keseluruhan nakes dan sebagian besar di antaranya sudah sembuh dan mulai bekerja kembali,” ujar Badai.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi, dr. Abdul Aziz Achyar menyampaikan data terbaru, bahwa dari total 153 nakes yang terkonfirmasi kasus positif COVID-19 di rumah sakit tersebut, hanya 11 orang (7,1%) yang dirawat inap, 86 (56%) sisanya melakukan isolasi mandiri.
Kemudian dari 153 kasus konfirmasi COVID-19 tersebut 59 (38,5%) nakes RSUD dr. Loekmono Hadi sudah dinyatakan sembuh. Hal ini menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 bagi nakes efektif mengurangi gejala kesakitan dan risiko kematian.
Antisipasi Ledakan Kasus COVID-19
Untuk mengantisipasi dan melakukan intervensi kesehatan di Kudus, Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan vaksin COVID-19 sejumlah 50 ribu dosis khusus guna mempercepat cakupan vaksinasi di Kudus.
Hal ini merupakan upaya melindungi masyarakat Kudus dari COVID-19 karena terbukti vaksinasi memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan yang sudah mendapatkannya lebih dahulu.
“Untuk saat ini kita sudah menggencarkan vaksinasi secara masal di Kudus, supaya nanti bisa melandaikan penularan COVID-19,” ujar H.M Hartopo, Bupati Kudus, beberapa waktu lalu.
Diakui Hartopo, lonjakan kasus COVID-19 berawal dari pemudik yang pulang ke Kudus. “Perlu kita informasikan bahwa masyarakat jangan abai dengan protokol kesehatan meski sudah divaksinasi. Vaksinasi sendiri sebetulnya hanya sarana meningkatkan imunitas. Supaya seandainya terpapar COVID-19 tidak bergejala berat,” terangnya.