Naik Drastis, Kasus Positif COVID-19 di Indonesia Mengkhawatirkan
- ANTARA FOTO/Galih Pradipta
VIVA – Kasus positif COVID-19 di Indonesia kembali meningkat. Peningkatan tajam terutama terjadi pada 15-17 Juni 2021. Berdasarkan data kasus harian dari Satgas COVID-19, penambahan kasus pada tiga hari tersebut, mencapai 30.729 kasus.
Dokter Spesialis Paru, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), mengatakan, dari sisi keterisian tempat tidur, untuk ruang isolasi pada 17 Juni 2021, sudah mencapai 84 persen, sementara ruang ICU, 74 persen.
"Ini angka yang secara fisiologis sudah sangat mengkhawatirkan. Ini angka Jakarta saja. Dan saya kira untuk daerah-daerah mungkin akan lebih tinggi lagi angkanya," ujarnya saat konferensi pers yang digelar virtual, Jumat 18 Juni 2021.
Menurut Erlina, kasus COVID-19 di daerah bisa lebih tinggi karena kapasitas tempat tidur maupun kapasitas ICU di daerah, lebih sedikit dibandingkan Jakarta.
"Saya dengar kemarin dari Gubernur Jawa Tengah, Pak Ganjar, itu keterisian tempat tidur ICU di Jawa Tengah katanya 95 persen ke atas bahkan sudah 100 persen. Ini juga mengkhawatirkan karena kalau ICU itu kita berbicara tentang mortalitas," tandas dia.
Lebih lanjut, Erlina menyoroti soal dampak pemberlakuan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dilihat dari data kasus.
"Jadi, sebelumnya pada saat di DKI itu sangat meningkat pada saat dilakukan PPKM, itu menurun tapi naik lagi. Jadi tidak seterusnya menurun, karena memang mobilitas masyarakat dari kota-kota sekitar DKI," tuturnya.
"Kemudian begitu diberlakukan PPKM berskala luas pada Januari dulu untuk seluruh pulau Jawa, maka terlihat penurunan kasus. Itu terjadi di bulan Februari. Namun, karena kita semua tahu, ada wisata yang dibuka, mobilitas masyarakat kembali normal, maka bulan Juni ini kasusnya tajam,” ujar dokter Erlina.
“Sungguh tajam naik kembali dan merebak di berbagai wilayah. Bukan hanya DKI, tapi juga Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan beberapa kota besar lainnya," sambung dia.
Melihat kondisi tersebut, Erlina berharap, jangan sampai kondisi ini membuat sistem kesehatan kita menjadi kolaps.
"Karena kalau itu terjadi dan kita tidak melakukan action apa-apa, sistem yang lain juga akan menjadi kolaps. Ekonomi kolaps, bahkan pendidikan anak-anak tidak bisa sekolah sampai sekarang masih belum bisa sekolah tatap muka, itu karena kesehatannya tidak dibenahi," ungkap dokter Erlina Burhan.