RS Penuh Pasien COVID-19, dr Reisa: Jangan Pertaruhkan Kesehatan

dr Reisa Broto Asmoro
Sumber :
  • BNPB

VIVA – Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Kartikasari Broto Asmoro mengatakan, saat ini rumah sakit penuh pasien COVID-19. Varian baru virus COVID-19 juga makin banyak beredar. 

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Menurut dr Reisa, dampak COVID-19 bisa berbeda-beda terhadap tiap orang. Ada yang tidak bergejala, namun beberapa pasien menjadi kritis dan fatal. 

"Jangan ambil risiko, lindungi diri untuk lindungi keluarga dan orang terdekat kita. Jangan pertaruhkan kesehatan diri dan keluarga hanya karena lalai menerapkan protokol kesehatan," kata dr Reisa, dikutip dari keterangan persnya, Kamis 17 Juni 2021.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Dia menambahkan, Bed Occupancy Rate yang tinggi bukan saja menandakan banyak daerah kembali ke zona merah atau risiko tinggi. Hal ini juga berdampak pada penderita penyakit kritis lainnya, salah satunya jantung, sulit mendapatkan tempat perawatan yang layak.

Susah mendapatkan perhatian lebih dari dokter spesialis yang merawatnya, dan membuat keluarga mereka khawatir karena berada di rumah sakit yang penuh pasien COVID-19. 

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Menurut panduan menekan risiko, lanjut dokter Reisa, dikenal istilah “gas dan rem”. Peningkatan yang terus menerus seperti saat ini akan mungkin mengembalikan ke situasi pengetatan kegiatan masyarakat.

Jumlah absensi kantor dan jam buka tempat usaha yang dikurangi juga beberapa kegiatan sosial budaya kembali diatur dengan ketat.

“Dan rencana sekolah tatap muka kemungkinan akan tertunda di wilayah zona merah," kata dr Reisa. 

Dia mengatakan, ada beberapa cara berkontribusi menekan laju penularan dan mengembalikan situasi kota dan kabupaten ke risiko rendah atau zona hijau. 

Menurut dokter Reisa, bagi mereka yang merasa kontak erat dengan pasien positif, segera laporkan diri ke puskesmas terdekat. Berani dites dan apabila positif, informasikan secara terus terang tentang siapa saja yang telah kontak erat dengannya selama beberapa hari ke belakang. 

Pengendalian penularan saat ini bisa ditangani dengan 3T, tes, telusur, tindak lanjut dan terapinya atau dikenal juga dengan tes, lacak, dan isolasi. 

Dia kembali menegaskan, isolasi mandiri bukan tanpa sepengetahuan orang lain. Lapor ke puskesmas dan tetap konsultasi dengan dokter. Konsultasi rutin dengan dokter dapat segera membantu pasien mendapatkan pertolongan dan perawatan. 

"Terlambat dirawat dapat berisiko bagi keselamatan nyawa. Puskesmas dan dokter dapat membantu memberikan informasi ketersediaan ruang rawat inap di rumah sakit atau memberikan rujukan ke karantina terpusat yang dibiayai pemerintah," ujar dokter Reisa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya