RS Wisma Atlet Penuh, Pakar Singgung Tsunami COVID-19 di India
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarok
VIVA – Ancaman gelombang kedua pandemi COVID-19, seperti di India, menjadi perbincangan oleh banyak pakar di Tanah Air. Bukan tak mungkin, sistem kesehatan di Indonesia bakal kolaps seperti awal pandemi, bahkan serupa dengan kejadian di india saat ini.
India menjadi sorotan lantaran kasus COVID-19 yang meningkat tajam bak tsunami. Banyak masyarakat yang meremehkan protokol kesehatan dan enggan divaksinasi dinilai menjadi biang kerok insiden di India, di mana kejadian itu diprediksi mengintai Tanah Air.
"Yang kita hindari, kondisi seperti di India. Di mana sistem kesehatan kolaps, tenaga kesehatan meninggal dan orang sakit tidak bisa dirawat," ujar Communication Specialist UNICEF, Rizky Ika Syafitri, dalam dialog virtual di kanal YouTube FMB9, Selasa 15 Juni 2021.
Prediksi tersebut mengacu pada mobilitas masyarakat dan interaksi sosial yang kian meningkat saat libur hari raya beberapa waktu lalu. Rizky menegaskan bahwa pemakaian vaksin bisa menjadi upaya pencegahan yang paling ampuh untuk kondisi saat ini.
"Semua vaksin yang digunakan, Sinopharm dan Sinovac, semuanya aman. Artinya vaksin ini terbukti cegah kesakitan parah dan fatal," tegasnya.
Terlebih, Rizky menyampaikan bahwa pasien di RS Wisma Atlet juga sudah mulai meningkat. Dengan vaksin, kata Rizky, meski ada risiko terpapar lagi namun gejalanya tak parah sehingga tak perlu dirawat di rumah sakit, serta menurunkan angka kematian
"Walau kemungkinan kena (COVID-19 lagi), nggak akan fatal dan meninggal dunia, tidak perlu kita dirawat di RS. Saya lihat RS wisma atlet penuh lagi, itu yang kita hindari," paparnya.
Senada, Deputi Riset Fundamental Eijkman Institute, Prof dr. Herawati Sudoyo, M.S., Ph.D, menyebut bahwa perang dengan virus corona jenis baru ini sangat berbeda dengan pandemi sebelumnya, Sebab, jenis virus yang dihadapi lebih mudah bermutasi dibandingkan jenis virus terdahulu yang telah ditemukan vaksinnya.
"Kita menghadapi perang terhadap patogen yang kita sendiri belum tahu. Kita tidak pernah menyangka akan terjadi mutasi secepat ini dengan dmpak sangat besar, globally. Kita msh belajar, tapi kita betul-betul tidak bisa menggampangkan," pungkasnya.