Silang Pendapat soal Rokok

Ilustrasi berhenti merokok.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Dunia sejak lama telah diusik oleh diabetes melitus. Terlepas dari pandemi COVID-19 yang masih meneror penduduk Bumi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, salah satu penyakit kronis tersebut telah menyerang jutaan orang dan diperkirakan akan mempengaruhi lebih banyak lagi di tahun-tahun mendatang.

Bea Cukai Kendari Musnahkan Jutaan Batang Rokok dan Miras Ilegal

Diabetes melitus mengacu pada sekelompok penyakit yang mempengaruhi cara tubuh seseorang menggunakan gula darah (glukosa). Glukosa sangat penting untuk kesehatan karena merupakan sumber energi yang penting untuk sel-sel yang membentuk otot dan jaringan serta sumber bahan bakar utama otak.

Baca: Hati-hati, Obat Ini Bisa Mengurangi Keefektifan Vaksin COVID-19

Mengatasi Epidemi Merokok Perlu Strategi Kebijakan Komprehensif Berbasis Bukti Ilmiah

Seperti dilansir Medical News Today, ada dua jenis diabetes, yakni diabetes tipe 1 dan tipe 2. Insulin bertanggung jawab untuk pengangkutan glukosa di dalam tubuh melalui sel. Insulin adalah hormon yang berasal dari kelenjar yang terletak di belakang dan di bawah lambung (pankreas).

Pada diabetes tipe 2, karena respons sel yang menurun terhadap insulin, fungsi ini terganggu, hingga kadar gula darah yang tidak terkelola dalam tubuh. Beberapa penyebab umum diabetes tipe 2 termasuk gen, obesitas atau kelebihan berat badan, resistensi insulin, dan kurangnya aktivitas fisik.

Bea Cukai Jawa Tengah dan Yogyakarta Amankan Rp308,45 Miliar Barang Ilegal dan Cegah Kerugian Negara Rp117,72 Miliar

Namun, penyakit diabetes melitus kerap dikaitkan dengan rokok. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi perokok di kelompok usia anak-anak 10-18 tahun meningkat 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen di 2018.

Kemudian, kerugian ekonomi akibat rokok berdasarkan data dari 152 negara pada 2018, menunjukkan setiap tahun total kegiatan ekonomi atau pengeluaran kesehatan dan kerugian produktivitas sebesar US$1.436 miliar (lebih dari Rp20 ribu triliun) atau setara 1,8 persen dari PNB (pendapatan nasional bruto) tahunan dunia.

Untuk itulah, Kementerian Kesehatan menargetkan 5 juta warga Indonesia berhenti merokok. Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (FSP RTMM) Jawa Timur Purnomo membantah jika rokok penyebab merebaknya penyakit, terutama diabetes melitus.

"Penyakit yang ada di masyarakat banyak disebabkan faktor lain. Bahkan, pembunuh nomor satu masyarakat adalah gula yang menyebabkan diabetes (melitus). Mengapa mereka tidak dilakukan gerakan melarang mengkonsumsi gula? Mengapa hanya rokok yang dikampanyekan untuk dihentikan?” tegas dia, Rabu, 2 Juni 2021.

Purnomo mengaku bahwa industri rokok justru tetap bertahan dengan terus merekrut tenaga kerja. Bukan itu saja, industri ini juga menyumbang pendapatan negara serta menggerakkan perekonomian dari berbagai sektor, khususnya selama pandemi COVID-19.

"Industri hasil tembakau (IHT) nasional harusnya dilindungi dan dilestarikan karena terlihat jelas jasanya bagi pemulihan ekonomi nasional di masa pendemi COVID-19 seperti sekarang,” paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya