Komplikasi Berbahaya, Pahami Perawatan Khusus Pengidap Thalassemia
- Asia One
VIVA – Thalassemia merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan penanganan khusus dan seumur hidup. Banyak faktor yang memicunya, serta komplikasi yang dialami bisa sangat fatal sehingga harus diperhatikan secara seksama.
Dituturkan dokter konsultan hematologi-onkologi anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Sri Mulatsih, Sp.A(K), MPH, penyakit Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua.
Terlebih, bagi mereka yang mengalami Thalassemia berat atau mayor, harus menjalani transfusi darah seumur hidup agar tubuh bebas dari racun berbahaya.
"Supaya tidak teracuni tubuhnya. Transfusi rutin agar tumbuh kembang penyintas baik," ungkap Sri dalam Webinar bersama PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) merayakan Hari Thalassemia Sedunia, beberapa waktu lalu.
Dengan transfusi darah, diharapkan darah bisa mengalir ke seluruh tubuh dan organ tubuh berfungsi dengan baik, serta sumsum tulang juga tidak perlu bekerja terlalu berat.
Selain transfusi darah, kelasi besi atau terapi yang dapat diberikan kepada pasien yang melakukan tranfusi darah secara regular juga perlu diberikan pada penyandang Thalassemia berat lantaran khawatir memiliki kelebihan zat besi. Sebab, zat ini tidak berfungsi dengan baik di tubuh dan berisiko meracuni seluruh tubuh.
"Oleh karena itu selain transfusi rutin, harus diberikan kelasi besi rutin yang kini sudah tersedia dalam bentuk oral. Dulu (pemberian kelasi besi) masih disuntik. Sekali suntik, dipompa 8 jam. Bayangin dan itu harus setiap hari. Alhamdulillah sekarang kita sudah ada kelasi yang diminum setiap hari," tambah Sri.
Apabila dibiarkan tanpa transfusi darah dan perawatan lainnya, sumsum tulang bisa bekerja terlalu keras untuk memproduksi sel darah merah yang berdampak pada kondisi anemia berulang. Hal itu beirisiko memicu komplikasi lain yang berbahaya bagi organ tubuh yang vital.
"Kelainan ini membuat penderitanya mengalami anemia atau kurang darah dan harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kompilasi seperti gagal jantung, tumbuh kembang terhambat, gangguan hati dan ginjal hingga kematian”, paparnya.
Dokter Sri menyebut, penanganan itu harus dijalani dengan rutin dan sejak dini. Dianjurkan juga agar pengidap Thalassemia menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk mencukupi kebutuhan nutrient dan vitamin (asam folat, vitamin E, vitamin C).
Senada, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes menyebut bahwa penanganan penyakit Thalassemia ini, pemerintah telah menerapkan 3 pilar yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, dan penanganan khusus.
“Untuk promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit talasemia bagaimana mencegah dan mengobati. Untuk deteksi dini dilakukan khususnya pada orang terdekat penyandang Thalassemia. Dan terakhir untuk penanganan khusus biasanya dilakukan di rumah sakit,” imbuh dokter Cut Putri, di kesempatan yang sama.